oleh Hotman Jonathan Lumbangaol, S.Th
Sejarah perkembangan kekekristenan di
Sejarah selalu menulis orang-orang yang menyalakan obor Injil itu. Beberapa tokoh yang berkarya menjadi suluh di
Sendangkan di Papua misionaris pertama menyalakan obor Injil oleh Ottow dan Geissler (1500-1918), melawat Papua untuk mengenal Juru Selamat. Tentu di Indonesia banyak tokoh penabur benih firman Tuhan. Jhon Sung salah satunya, walau tidak banyak yang mengenalnya. Ia adalah penginjil yang memberkati banyak bangsa-bangsa dia Asia, termasuk
Ia turut mewarnai sejarah perkembangan gereja di
Ia dilahir 27 September 1901, dengan nama Yu Un di sebuah desa Hongchek, Provinsi
Tuhan mempunyai rencana tersendiri untuk setiap orang, termasuk Jhon Sung. Dulunya ia bercita-cita menjadi angkatan laut. Namun keadaan tubuhnya terlalu lemah sehingga tidak memungkinkan, dan gagal dalam ujian. Lalu, ia beralih menjadi editor Surat Kabar Mingguan (SKM) bernama Kebangunan Rohani dipimpin ayahnya. Tetapi sayang, hatinya tidak melekat. Keinginannya adalah melanjutkan sekolah, tetapi biaya tidak ada. Suatu hari dari
Dari semua beasisiwa tersebut hanya Jhon Sung-lah yang beragama Kristen. Beasiswa di Universitas Wesley ternyata hanya cukup membayar biaya kuliahnya. Biaya makan ditanggung sendiri. Dengan uang enam dollar, ia mulai harus memeras keringat, bekerja sambil belajar. Empat tahun pertama di Amerika ia harus melawan kemiskinan, akibatnya kesehatannya juga memburuk. Selama kuliah ia sambil honorer menutupi biaya hidup hingga menjadi ahli kimia gelar Doktor (Dr).
Di suatu malam Dr. John Sung bermimpi, menyelamatkan orang banyak di sungai. Mimpinya membuat dia gelisah dan menjadi orang tersendiri. Sejak saat itulah ia putuskan bertobat masuk dan sekolah teologia di Union Theological Seminary, Amerika Serikat. Namun di sekolah Alkitab tersebut Jhon Sung jatuh sakit, dan dinyatakan sakit jiwa.
Lalu, ia dimasukkan ke rumah sakit jiwa selama 193 hari. Saat dirawat berminggu-minggu ia belajar mendengar suara Tuhan. Dan merasa dilecehkan sebagai intelektual Jhon Sung melampiaskan kekecewaan dengan membaca. Tak terasa hanya beberapa minggu Jhon Sung melahap membaca Alkitab sampai 40 kali. Di rumah sakit itulah dia memahami panggilan untuk dipakai Tuhan sebagai suluh-Nya.
Pada 4 Oktober 1927 John Sung kembali
Sejak itulah semangat Injil, obor yang ada di dalam jiwanya berkobar. Penginjilan-nya dimulai perjalanan ke Tiongkok tahun 1930. Tahun 1931-1932 dia mengelilingi Tiongkok Selatan, mengadakan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) dan menyembuhkan banyak orang sakit. Lalu tahun 1932-1933 Jhon Sung berangkat ke Tiongkok Utara hingga ke
Penginjilan di Indonesia
Di Indonesia kunjungan pertama adalah
Saat itu
Demikian juga di kota-kota besar lainnya seperti di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
Ketika dalam pelayanan di Indonesia, pada 16 Juli 1939 John Sung menerima kabar bahwa Yosia anak laki satu-satunya meninggal di Shanghai. Ia jelas terpukul, ini merupakan satu pukulan, sekaligus perjuangan iman. Walau sangat berat baginya harus tetapi menginjili. Namun sebagai penginjil yang telah mengenal Tuhan begitu baik dalam hidupnya, Jhon Sung tidak lantas marah kepada Tuhan. Ia tahu Tuhan merancangkan rancangan yang terbaik, walaupun kasat mata tidak enak baginya.
Sejak itu pula penyakit TBC yang sudah lama dia keluhkan kambuh. Penyakitnya makin parah. Ia tetap bertahan. Menjelang ajal terucap kata terakhir untuk istrinya; jangan takut, Tuhan Yesus ada di depan pintu. Apa yang harus ditakutkan? Akhirnya 18 Agustus 1944, John Sung meninggal. Tetapi benih firman yang disamaikan terus bertumbuh sampai saat ini.
Ada beberapa epilog (kesimpulan) yang menarik dari kehidupan John Sung. Pertama, John Sung pelayanan firman yang amat kuat. Dari awal hingga akhir pelayanannya ia tetap setia dan konsisten menjadi suluh bagi kegelapan banyak orang. Kedua, setia berdoa bangun jam empat pagi untuk mendoakan ribuan orang yang bertobat mendengar kotbah-nya. Kehidupan doa dan firman itulah yang menyokong pelayanan John Sung. Ketiga, walaupun ia sakit punya duri dalam daging ia tetap berjuang, dan umurnya tergolong meninggal muda di umur 43 tahun. Untuk itu mari kita belajar dari orang-orang pembawa obor Kristus seperti Jhon Sung ini. Amin.
Notes
· PS Naipospos, John Sung Obor Allah di Asia, Yayasan Komunikasi Bina/OMF, Jakarta
· http://petrusfsmisi.wordpress.com/2007/10/17/john-sung/
· http://www.glorianet.org/pancha/pancjohn.html
*)Penulis adalah peminat masalah sosial dan pelayaan Pemuda/i. Dan, Ketua Kepemudaan Marbun Se-Bekasi, Jawa Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar