Jumat, 12 September 2008

Jhon Sung; Suluh untuk Indonesia (opini)


oleh Hotman Jonathan Lumbangaol, S.Th

Sejarah perkembangan kekekristenan di Indonesia diwarnai dua faktor. Pertama migrasi orang-orang Kristen, sehingga di tempat dimana ia tinggal melanjutkan agamanya. Kedua, faktor penginjilan. Pengijilan faktor yang terutama perkembangan gereja. Sebab tanpa penginjilan tidak ada lagi obor, nyala api itulah membuat orang merespon Injil.

Sejarah selalu menulis orang-orang yang menyalakan obor Injil itu. Beberapa tokoh yang berkarya menjadi suluh di Indonesia. Contohnya, I.L. Nomensen pembawa suluh ke Tanah Batak kemudian hari menjadi Rasul Orang Batak, ia datang Jerman ke Tanah Batak pada 11 November 1862 mengugah hati orang Batak. Di Kalimantan ada Heiny dan Klammer diutus Badan Zending RMG mengorbarkan semangat Injil di daerah Borneo, Kalimantan.

Sendangkan di Papua misionaris pertama menyalakan obor Injil oleh Ottow dan Geissler (1500-1918), melawat Papua untuk mengenal Juru Selamat. Tentu di Indonesia banyak tokoh penabur benih firman Tuhan. Jhon Sung salah satunya, walau tidak banyak yang mengenalnya. Ia adalah penginjil yang memberkati banyak bangsa-bangsa dia Asia, termasuk Indonesia.

Ia turut mewarnai sejarah perkembangan gereja di Indonesia. Perannya dalam sejarah gereja Asia tidak diragukan lagi. Totalitasnya memberitakan Injil, berita keselamatan sang pemilik hidup yaitu Tuhan yang empuhnya segala sesuatu di jagad ini. Selama tujuhbelas tahun pelayanannya (1927-1944) John Sung telah membawa ratusan ribu jiwa datang untuk bertobat. Mulai dari negeri Tiongkok, Taiwan, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam dan Indonesia.

Ia dilahir 27 September 1901, dengan nama Yu Un di sebuah desa Hongchek, Provinsi Fujian,Tiongkok. Ayah-nya seorang pendeta Metodis berwatak keras turun melekat padanya. Panggilan Jhon Sung menjadi namanya sejak pertobatannya. Jhon diambil dari nama John menurut nama Yohanes Pembaptis artinya ia ingin menyiapkan jalan untuk Tuhan. Ia persis seperti Samuel diserahkan saat masih di kandungan. Oleh ibunya memberi nama Yu Un yang berarti kasih karunia Allah, diberikan semenjak lahir. Ia tumbuh dengan kecerdasan diatas rata-rata. Tak heran, di umur belia 23 tahun Sung telah meraih strata tiga dengan gelar doktor kimia dari Universitas Wesley, Ohio, Amerika Serikat.

Tuhan mempunyai rencana tersendiri untuk setiap orang, termasuk Jhon Sung. Dulunya ia bercita-cita menjadi angkatan laut. Namun keadaan tubuhnya terlalu lemah sehingga tidak memungkinkan, dan gagal dalam ujian. Lalu, ia beralih menjadi editor Surat Kabar Mingguan (SKM) bernama Kebangunan Rohani dipimpin ayahnya. Tetapi sayang, hatinya tidak melekat. Keinginannya adalah melanjutkan sekolah, tetapi biaya tidak ada. Suatu hari dari Beijing menawarkan beasiswa belajar di Universitas Wesley. Akhirnya membawanya melalang-buana untuk sekolah ke negeri Paman Sam itu.

Dari semua beasisiwa tersebut hanya Jhon Sung-lah yang beragama Kristen. Beasiswa di Universitas Wesley ternyata hanya cukup membayar biaya kuliahnya. Biaya makan ditanggung sendiri. Dengan uang enam dollar, ia mulai harus memeras keringat, bekerja sambil belajar. Empat tahun pertama di Amerika ia harus melawan kemiskinan, akibatnya kesehatannya juga memburuk. Selama kuliah ia sambil honorer menutupi biaya hidup hingga menjadi ahli kimia gelar Doktor (Dr).

Di suatu malam Dr. John Sung bermimpi, menyelamatkan orang banyak di sungai. Mimpinya membuat dia gelisah dan menjadi orang tersendiri. Sejak saat itulah ia putuskan bertobat masuk dan sekolah teologia di Union Theological Seminary, Amerika Serikat. Namun di sekolah Alkitab tersebut Jhon Sung jatuh sakit, dan dinyatakan sakit jiwa.

Lalu, ia dimasukkan ke rumah sakit jiwa selama 193 hari. Saat dirawat berminggu-minggu ia belajar mendengar suara Tuhan. Dan merasa dilecehkan sebagai intelektual Jhon Sung melampiaskan kekecewaan dengan membaca. Tak terasa hanya beberapa minggu Jhon Sung melahap membaca Alkitab sampai 40 kali. Di rumah sakit itulah dia memahami panggilan untuk dipakai Tuhan sebagai suluh-Nya.

Pada 4 Oktober 1927 John Sung kembali Tiongkok, China. Namun, ayahnya lebih suka Jhon Sung mengabdi pada pemerintah atau bekerja di tempat lain; alasannya gelarnya tinggi sayang tidak bermamfaat. Selain itu bisa membantu ekonomi keluarga. Menurut ayahnya gaji pendeta itu kecil. Tetapi John Sung menolak, kecewa, tidak mengerti jalan pikiran ayahnya. Sehingga butuh waktu untuk menyakinkan orangtua-nya. Akhirnya berlahan orangtuanya mengerti mendukung keputusannya menjadi penginjil.

Sejak itulah semangat Injil, obor yang ada di dalam jiwanya berkobar. Penginjilan-nya dimulai perjalanan ke Tiongkok tahun 1930. Tahun 1931-1932 dia mengelilingi Tiongkok Selatan, mengadakan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) dan menyembuhkan banyak orang sakit. Lalu tahun 1932-1933 Jhon Sung berangkat ke Tiongkok Utara hingga ke Beijing. Kemudian di tahun 1935 John Sung menyembarang ke Filipina, dilanjutkan ke Taiwan, Serawak, Muangthai, Vietnam, dan Singapura. Dari Singapura ia mulai melirik Indonesia.

Penginjilan di Indonesia

Di Indonesia kunjungan pertama adalah Surabaya lewat jalan laut menuju Tanjung Perak pada bulan Januari 1939. Di Surabaya, ia mengadakan 21 kebaktian hanya satu minggu. Berbondong-bondong orang datang dari seluruh penjuru ada dari keturunan Tioghoa Surabaya, ada orang-orang yang masih penganut animisme. Mereka yang datang dilawat Tuhan.

Saat itu Surabaya gempar, 2000 orang menyerahkan dirinya menjadi Kristen. Jhon Sung melatih mereka menginjili. Dengan membagi 500 kelompok empat orang untuk satu tim penginjilan selama sepuluh hari berturut-turut. Hal tersebut merupakan faktor yang penting yang membuat pelayanan-nya berkembang.

Demikian juga di kota-kota besar lainnya seperti di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Maluku dan di pulau-pulau Sunda kecil. Jhon Sung dipakai Tuhan mengobarkan api Injil itu, kembali hingga banyak orang Indonesia bertobat.

Ketika dalam pelayanan di Indonesia, pada 16 Juli 1939 John Sung menerima kabar bahwa Yosia anak laki satu-satunya meninggal di Shanghai. Ia jelas terpukul, ini merupakan satu pukulan, sekaligus perjuangan iman. Walau sangat berat baginya harus tetapi menginjili. Namun sebagai penginjil yang telah mengenal Tuhan begitu baik dalam hidupnya, Jhon Sung tidak lantas marah kepada Tuhan. Ia tahu Tuhan merancangkan rancangan yang terbaik, walaupun kasat mata tidak enak baginya.

Sejak itu pula penyakit TBC yang sudah lama dia keluhkan kambuh. Penyakitnya makin parah. Ia tetap bertahan. Menjelang ajal terucap kata terakhir untuk istrinya; jangan takut, Tuhan Yesus ada di depan pintu. Apa yang harus ditakutkan? Akhirnya 18 Agustus 1944, John Sung meninggal. Tetapi benih firman yang disamaikan terus bertumbuh sampai saat ini.

Ada beberapa epilog (kesimpulan) yang menarik dari kehidupan John Sung. Pertama, John Sung pelayanan firman yang amat kuat. Dari awal hingga akhir pelayanannya ia tetap setia dan konsisten menjadi suluh bagi kegelapan banyak orang. Kedua, setia berdoa bangun jam empat pagi untuk mendoakan ribuan orang yang bertobat mendengar kotbah-nya. Kehidupan doa dan firman itulah yang menyokong pelayanan John Sung. Ketiga, walaupun ia sakit punya duri dalam daging ia tetap berjuang, dan umurnya tergolong meninggal muda di umur 43 tahun. Untuk itu mari kita belajar dari orang-orang pembawa obor Kristus seperti Jhon Sung ini. Amin.

Notes

· PS Naipospos, John Sung Obor Allah di Asia, Yayasan Komunikasi Bina/OMF, Jakarta

· http://petrusfsmisi.wordpress.com/2007/10/17/john-sung/

· http://www.glorianet.org/pancha/pancjohn.html

*)Penulis adalah peminat masalah sosial dan pelayaan Pemuda/i. Dan, Ketua Kepemudaan Marbun Se-Bekasi, Jawa Barat.

Tidak ada komentar:

Alamat STT DOULOS

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI DOULOS
Kampus dan Seketariat
Jl. Tugu No. 3 Cipayung, Jakarta Timur

Telp. (021)8451727
Jl. Taman Pulo Asem Utara No. 60
Rawamangun – Jakarta Timur
Telp. (021) 70970651

Alumni STT DOULOS

Jumlah alumni STT Doulos saat ini sudah 728 orang. Para lulusannya saat ini melayani menjadi pendeta, guru agama Kristen, pendeta militer, anggota DPRD, angotta DPR-RI, wakil bupati, aktivis partai, wartawan dan penulis.

Alamat e-mail

STT Doulos; admin@sttdoulos.com

Alumni Doulos; alumni.doulos@ymail.com


Powered By Blogger

Pengasuh

Foto saya
Bekasi, Jawa Barat, Indonesia
Pengalaman Kerja · Saat ini Wartawan majalah Budaya Batak TAPIAN (budaya) Agustus 2007 Wartawan di Majalah Berita Indonesia (sekuler) 2005-July 2007 (sekuler) · Wartawan di Majalah Devotian (rohani) 2005 · Wartawan Majalah Industri & Bisnis (sekuler)2004, Asisten Manager di Penerbit Erlangga 2003-2004.Sirlulasi Tabloid Jemaat Indonesia (rohani)1999-2003 Pengalaman menulis di media cetak. (1)Penulis kolom opini di majalah narwastu pembaruan,Koran Batak Pos, Koran Mitra Bangsa,majalah Horas,Suara HKBP. Menulis di website; www.naiposps.com,www.kabarindonesia.com www.glorianet.org