Kamis, 24 Juli 2008

Runtuhnya Agama-Agama


Oleh Largus Tamur



Pengantar

Madrid, Medio Maret ‘03

Mentari belum juga kembali ke peraduannya, jam raksasa di Puerta del Sol (Gerbang Matahari) di jantung kota Madrid masih menunjuk ke angka 03 sore. Namun aneh, jalan-jalan utama Madrid terlihat sangat sepi. Walau tidak sekeras musim dingin tahun sebelumnya, dan sesekali matahari bersinar cerah menampakkan awan biru jernih musim dingin, namun Madrid seakan telah menjadi kota mati, jalanan lengang, tidak terlihat anak-anak bermain di taman, dan Cerveceria (kedai minum utamanya bir) yang biasanya ramai hari itu terlihat sepi. Salju di kejauhan yang menutupi puncak Navacerrada seolah telah berubah menjadi kafan tebal dan panjang yang menyelimuti Madrid.

Telah tiga hari, sejak 11 Maret 2003, Madrid berubah menjadi kota mati. Di mana-mana hanya terdengar tuturan kisah sedih dan tragis. Di ujung-ujung jalan, nafas kesedihan dan rona duka menggantikan ucapan “buenos días” (selamat pagi) kala langkah-langkah kaki bersua arah. Berita-berita televisi dan surat kabar hanya berisi warta duka, kecewa dan kemarahan yang tidak tahu ditujukan kepada siapa. Madrid, Barcelona, Valencia dan Sevilla serta seluruh kota di Spanyol mengadakan parade duka sekaligus mengutuk serangan fajar teroris yang meluluhlantakkan lima stasisun metro dan kereta api serta menewaskan lebih dari dua ratus manusia.

Angela, gadis 5 tahun, sore itu masih terbaring lemah di kamar 514 rumah sakit Gregorio Marañon (baca: maranyon). Di samping tempat tidurnya duduk termenung lesu kakeknya, menampakkan wajah yang makin mengerut oleh usianya yang telah 84 tahun dan mendung kesedihan yang dalam tiga hari telah menggayuti sisa hidupnya. Titik-titik hangat mulai mengaliri pipi sang gadis cilik. Ia menangis sedih dalam kesunyian. Mendung kesedihan menyelimuti hidupnya yang masih begitu belia . . . Metro (kereta bawah tanah di Madrid) yang melintas dengan kecepatan sedang. . . ibunya . . bapaknya yang menggandeng lengannya . . . teman-teman TK di Colegio Claret (Sekolah Claret) . . . masih terekam indah di ingatannya. Namun mendadak ingatannya beralih ke ledakan bertubi-tubi . . . bum . . bum . . .b . u . m . . . dari Metro yang ditumpanginya. ‘Socorro . . . soccoro . . . soccoro . . .’ teriakan minta tolong itu masih terasa begitu pedih. Dalam sekejap pegangan tangan ayahnya terlepas . . . ayah dan ibunya meninggal seketika dan Angela kecil tak sadarkan diri terkena serpihan logam badan Metro yang hancur berkeping-keping. Semuanya . . . dan semuanya . . . masih begitu jelas dan pedih di ingatannya . . . hatinya perih . . . ia kehilangan orang tua . . .ia juga kehilangan lengannya . . .Tak terasa air matanya mengalir deras membanjiri sekujur wajah dukanya . . . lalu ia meraung dalam tangisan dalam pelukan kakeknya.[1]

Peristiwa 11/ 3 Madrid (yang kemudian dikenal dengan istilah el marzo negro), 11/ S New York, bom Bali jilid 1 & 2, Ambon, Poso dan sejumlah konflik atas nama agama di tanah air membawa kita kepada gugatan penuh tanya, apa yang terjadi jika agama yang mestinya dipahami sebagai sebuah realitas terpilah (fragmentary reality), tidak utuh (partial) mengklaim kebenaran tunggal dan eksklusif, menafikan keberadaan kebenaran-kebenaran yang lain? Ke mana arah agama-agama yang menggunakan doktrin formulatif berupa ayat-ayat suci untuk merendahkan nilai kemanusiaan serta pencapaiannya dalam sejarah pergulatan nilai kemanusiaan? Apakah agama dalam dirinya sendiri (in se) mengandung kekerasan dan benih-benih kebencian? Apakah mustahil sekaligus irasional melakukan revaluasi (peninjauan kembali) doktrin keagamaan yang secara implisit juga berarti revaluasi pandangan Ketuhanan? Perendahan nilai kemanusiaan dan kehidupan kini dan di sini (hic et nunc) oleh agama inilah yang mendorong Friedrich Nietzsche, filsuf eksistensialis-atheis, ingin meruntuhkan agama lewat pengejaran dan ‘pembunuhan’ Tuhan.

Tanda-Tanda Awal Keruntuhan Agama-Agama

Tema besar yang selalu hadir dalam pergulatan dan pemikiran sepanjang zaman dan terutama di zaman ini adalah humanisme. Itu berarti humanisme menjadi kriteria apakah sebuah pemikiran, perjuangan diterima/ ditolak. Pada sisi lain, terorisme sebagai ekspresi fanatisme sangat bertentangan dengan humanisme. Karena bertentangan dengan pesan dan cita-cita besar umat manusia, maka terorisme agama dalam apapun bentuknya membersitkan sebuah pesan awal dekadensi dan runtuhnya supremasi/ dominasi agama.

Tanda-tanda awal keruntuhan agama itu telah dimulai pada pertengahan pertama dekade ini. Dua puluh satu bulan setelah kita membuka milenium ketiga, ketika penghuni bumi masih dibuai oleh cita-cita dan harapan milenium ketiga, nurani peradaban dan kemanusiaan dihancurleburkan oleh serangan teroris. Tanggal 11 September 2001 telah menjadi saat paling tragis sekaligus sepenggal waktu saksi kebrutalan radikalisme ekstrimis.

Tanda-tanda keruntuhan itu lalu dipertegas oleh munculnya gelombang radikalisme dan fundamentalisme Amerika Serikat. Dewan AS untuk Hubungan Islam-Amerika Serikat (CAIR) pada 14 Juni 2007 melaporkan jumlah kasus diskriminasi terhadap kalangan muslim meningkat 25 persen antara tahun 2005 dan 2006. Jumlah kasus dan insiden mencapai rekor tertinggi, yaitu 2.467 kasus. CAIR juga mencatat 167 laporan kejahatan yang didasarkan pada sikap anti-Muslim pada tahun 2006, atau meningkat 9,2 persen dibandingkan dengan tahun 2005. Meningkatnya jumlah kasus kekerasan yang didasarkan pada sikap anti-muslim dicatat juga oleh pusat riset The Pew. Pada Mei 2007, 53 persen umat muslim yang tinggal di AS meyakini hidup mereka menjadi lebih sulit sejak 2001 karena diskriminasi pemerintah.[2]

Fanatisme tidak hanya terjadi dalam relasi antar-agama/ ajaran, tetapi juga intra-agama dalam melihat dan menafsir kebenaran. Pada 29 Juli 1994, dokter John Britton, seorang dokter pro-choice[3] yang mendukung praktek aborsi, dibunuh di klinik aborsi Pensacola Florida oleh Pendeta Paul Jennings Hill. Yang menarik dari peristiwa ini adalah bahwa Pendeta Hill membunuh sang dokter karena ia yakin bahwa sang dokter dan yang lain yang mendukung aborsi telah melanggar hukum Tuhan (pro-life) sehingga tidak pantas hidup. Pada akhir pengadilan yang menjatuhkan hukuman mati terhadapnya, Pendeta Hill katakan “saya sama sekali tidak menyesal, malah saya yakin akan mendapat pahala besar di surga”.

Pada kedua titik di atas, agama berubah dari jalan pencarian kebenaran, inspirasi perdamaian dan persaudaraan menuju pemutlakan identitas, jati diri yang tertutup dan soliter. Ketika agama telah berkembang ke arah identitas seperti ini maka ia menjadi ‘sebuah penjara’. Garis demarkasi yang memisahkan yang satu dari yang lain sebagai akibat dari terjebaknya agama ke dalam ‘ruang identitas semata’ meminjam istilah Mohammed Arkoun, membuat penganut agama melihat yang lain sebagai musuh yang harus ditakluk dan dibinasakan. Di sini relasi yang terbangun adalah relasi eksklusif-ritual, kelompok yang sama, seagama. Cara pandang terhadap hubungan sosial juga terbangun atas prinsip ‘kita’ dan ‘mereka’. ‘Kita’ adalah kelompok yang harus dilindungi, dipertahankan dan harus berkuasa. Sedangkan ‘mereka’ adalah kelompok lawan/ musuh yang harus dikalahkan, dipermalukan dan dikuasai. Homogenitas adalah kata kunci untuk memahami fenomena ini. Kebenaran hanya memiliki satu sisi, yaitu sisi ‘kita’ sedangkan ‘mereka’ tidak punya kebenaran.

Menyambut Fajar Kesadaran Yang Membebaskan

Tetapi apa artinya keruntuhan agama di sini? Keruntuhan agama di sini tidak berarti lenyapnya sama sekali sebuah agama, seperti yang terjadi pada begitu banyak kepercayaan kuno. Di sini runtuhnya agama-agama berarti beralihnya kiblat referensi kebenaran dan moral dari doktrin agama ke kesadaran personal. Kesadaran personal berarti pemahaman akan realitas diri, sosial maupun kosmos sebagai kesatuan yang tidak terpisahkan. Kesadaran ini tidak lahir dari imposisi eksternal tetapi sebagai hasil pergulatan dan pencarian personal terhadap pertanyaan-pertanyaan yang selalu hadir dalam realitas hidup insani.

Oleh berkembangnya kesadaran personal maka posisi agama sebagai kriteria kebenaran dan moral akan terpinggirkan. Jika sampai saat ini kebenaran moral dan kehidupan ditentukan oleh seberapa jauh ia bersentuhan dengan doktrin agamis, maka di masa depan kriterianya akan terbalik: sebuah ajaran agama adalah benar dan baik sejauh itu sesuai dengan kesadaran personal dan humanis.

Dengan ini bisa dikatakan bahwa agama masa depan adalah agama personal ketimbang kolektif, lebih eksistensial dan humanis ketimbang doktrinal-transendental. Jika kesadaran personal kian berkembang maka sistem, bangunan agama lama yang membelenggu kesadaran subyek akan runtuh dengan sendirinya. Inilah aspek yang paling diagungkan Nietzsche. Ia katakan ‘temuilah dirimu baru kemudian kalian menemukan aku.’[4] Kesadaran personal menuntut agar subyek tidak sekedar agen pasif melainkan aktif. Itu artinya, apapun yang dihadapi, dialami dan dihidupi manusia termasuk beragama tidak diterimanya sebagai sebuah keterberian semata (given/ Gabe) dan warisan dari leluhur atau tradisi melainkan sebagai sebuah pencarian personal. Ia tidak lagi bergerak dalam kungkungan formalisme superfisial dalam bentuk ritual, melainkan oleh sebuah relasi intim dan personal dengan pribadi yang ia imani. Keterlibatannya dalam sebuah agama tidak semata-mata sebagai sebuah pencarian identitas melainkan sebagai sebuah persekutuan yang sadar, dekat sekaligus berjarak. Dalam kedua sikap seperti ini (dekat–berjarak) barulah subyek mampu mencapai kebenaran. Inilah agama sejati sekaligus yang membebaskan.

Largus Tamur

Setelah menyelesaikan studi filsafat di Fakultas Filsafat Unika Widya Mandira Kupang (2002), Penulis mendalami Teologi di Universidad Potificia Comillas Madrid Spanyol (2002-2006).



[1] Serangan teroris yang menewaskan lebih dari dua ratus orang di Madrid terjadi tanggal 11 Maret 2003. Mereka meledakkan bom di lima staisun Kereta Api, yang salah satu jalurnya penulis gunakan untuk pergi dan pulang dari kampus di bilangan Arguelles jl. Juan Alvarez Mendizabal no 65 Madrid. Angela, gadis kecil korban serangan teroris itu juga penulis kenal baik. Narasi kisah Angela sepenuhnya inovasi penulis.

[2] KOMPAS, 16 JUNI 2007, hal. 10.

[3]‘Pro-choice’ dan ‘pro-life’ adalah dua sikap, pandangan sekaligus prinsip dalam perdebatan bioetika terutama dalam dua abad terakhir ini. ‘Pro-choice’ adalah prinsip yang menegaskan bahwa dalam situasi-situasi ekstrim seperti kelumpuhan total adalah pilihan bebas sekaligus hak dasar seorang individu untuk memutuskan apa yang baik dan berguna bagi hidupnya. Itu berarti berdasarkan pertimbangan dan pilihan bebas, ia bisa melakukan euthanasia atau aborsi. Pada bandul prinsip yang lain ‘pro-life’ ditegaskan bahwa hidup dan mati manusia adalah anugerah Tuhan. Karena itu dalam situasi apapun manusia tidak berhak untuk mengambil tindakan yang melawan kehidupan itu sendiri, seperti melakukan euthanasia atau aborsi.

[4] Friedrich Nietzsche, Thus Spoke Zarathustra (London: Penguin Books, 1969), hal. 103. Buku ini diinggriskan oleh R. J. Hollingdale dari judul asli Also Sprach Zarathustra.

Religiositas dan Persaudaraan antar Sesama Umat Manusia

Oleh Ephorus em D.DR.S.A.E.Nababan

Religiositas atau kesalehan adalah bentuk keber-agama-an yang dicita-citakan manusia beragama. Seseorang memenuhi hukum-hukum dan peraturan-peraturan agama serta mengikuti upacara-upacara agama, karena ingin menjadi saleh. Kesalehan yang kita warisi sangat dipengaruhi pietisme. Yaitu aliran yang mengajarkan bahwa setiap orang yang percaya harus mengusahakan kesempurnaan, dan persekutuan orang percaya harus meniru jemat purba. Pertobatan, lahir kedua kali, hidup suci sangat diutamakan. Hal-hal yang dianggap duniawi kurang diperhatikan. Pembaruan dunia akan dicapai dengan pembaruan manusia. Manusia sebagai individu mendapat tempat yang sentral. Akibatnya perhatian terhadap masalah-masalah masyarakat menjadi terbengkalai.

Di dalam Perjanjian Lama tokoh kesalehan yang diidamkan adalah Ayub:”orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan” (1:1b). Pada zaman Yesus juga masih kedapatan orang-orang saleh seperti Zacharia dan Elisabeth “Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat” (Luk 1: 6). Istilah “benar di hadapan Allah” diartikan sama dengan “saleh.” Kaum Farisi dan Ahli Taurat adalah juga kelompok agamawan yang menjunjung tinggi kesalehan. Kritik Yesus kepada mereka adalah pembohongan diri (kemunafikan) dalam pemahaman upah, sikap tanpa kasih dalam pemisahan diri mereka dari kaum awam (orang tak berpendidikan) dan orang berdosa, kesombongan di hadapan Allah, penyamarataan ajaran-ajaran lisan manusia dengan Kitab Suci (Mat 15: 2-3, 23:2).

Kesalehan ikut juga dibentuk oleh zamannya. Pada zaman Yesus bangsa Jahudi berada dalam kekang penjajahan Roma, dalam keadaan sosial-ekonomi yang sulit, kemiskinan yang merata, jumlah pengangguran yang banyak (bdn Mat 20: 1dst). Paling sedikit dalam tiga hal orang-orang Farisi dan Ahli Taurat menonjolkan kesalehan mereka di tengah kehidupan masyarakat yang mengalami krisis. Mereka inilah yang bertahan memelihara agama Jahudi melewati kehancuran Yesruslem tahun 70. Ketiga bentuk kesalehan yang disoroti Yesus adalah memberi sedekah (”janganlah engkau mencanangkan itu, seperti yang dilakukan orang-orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong” Mat 6: 2), berdoa ( “jangan seperti orang munafik, yang suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supayan mereka dilihat orang; jangan bertele-tele berdoa” Mat 6: 6-8) dan berpuasa (“Jangan muram mukamu seperti orang munafik” Mat 6: 16-18).

Agaknya di dalam perjalanan sejarah, pada saat keadaan genting, kesalehan bisa menjadi introvert dan menciut menjadi masalah perorangan belaka, melupakan dimensi luas yang dicakupnya. Kesalehan sebenarnya mencakup dan tidak pernah lepas dari hidup bersama dalam masyarakat. Di dalam Yesaya 58 tentang “kesalehan yang palsu dan sejati”, jelas dikatakan TUHAN:Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri” ( ay 6-7). Kepedulian akan kehidupan yang merdeka dan bebas serta berkecukupan karena sharing dengan semua orang adalah inti yang sangat menentukan dalam kesalehan.

Hal ini bergema dan paling jelas diungkapkan pada pemberitahuan tentang penghukuman terakhir dalam Mat 25: 31 – 46. Kejutan yang terjadi yang tidak diharapkan baik oleh mereka yang ada di sebelah kanan mau pun mereka yang ada di sebelah kiri raja itu adalah bukan hanya keberpihakan dari, melainkan identifikasi diri Raja Hakim itu sendiri dengan orang-orang miskin (“ketika Aku lapar, haus, seorang asing, telanjang, sakit, dalam penjara”). Dan ketidak-acuhan dan ketidak-pedulian terhadap orang-orang ini membatalkan semua kesalehan yang mengikuti aturan-aturan, hukum, kebiasaan, dan ritus-ritus agama saja. Akhirnya yang menentukan bukan apa yang terjadi pada diri sendiri, melainkan apa yang diri sendiri lakukan kepada orang lain yang menderita, miskin, tidak masuk kira. Di sini kesalehan dikembalikan ke arti yang sebenarnya, yakni ketergantungan dan keterlibatan dengan kehidupan sesama manusia dalammasyarakat.

Dari kutipan-kutipan di atas, jelaslah bahwa kesalehan mempunyai jangkauan yang menyeluruh. Artinya, kesalehan tidak saja menyangkut kehidupan rohani atau kehidupan agama seseorang lepas dari yang lain, melainkan selalu dalam kaitannya dengan sesama manusia dalam masyarakat yang sama, tanpa diskriminasi. Kegiatan membebaskan dan membagi (sharing) dalam Yesaya 58 bergema juga dalam Mat 25. Perbuatan yang dilakukan untuk “salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini” adalah juga protes terhadap struktur mayarakat yang menyebabkan aneka penderitaan tersebut. Dalam kaitan ini jugalah Yesus mengembalikan pemahaman sesama manusia itu kepada aslinya. Pada zaman Yesus, pemahaman mengenai sesama manusia bagi orang Jahudi adalah sesama se-bangsa dan se-agama. Hal inilah yang dikritik Yesus dalam perumpamaan tentang “Orang Samaria yang murah hati” dalam Luk 10: 25 – 37. Dalam menyebut kedua orang pertama yang melihat korban perampokan itu, seorang imam dan seorang Lewi (ay 32.33), sebagai mewakili kesalehan umum sebagai agamawan, “tetapi ia melewatinya dari seberang jalan”,Yesus mengungkapkan kesalehan formal yang tidak mempunyai dampak terhadap sesama , terutama yang menderita. Yesus meluruskan pertanyaan ahli Taurat yang rindu memperoleh hidup yang kekal itu, dari “siapakah sesamaku manusia? (ay 29b) menjadi “Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu? ( ay 36). Dan yang paling menentukan adalah ungkapan:”Pergilah, dan perbuatlah demikian! Bisa dibayangkan betapa dunia ini berputar dalam benak ahli Taurat yang rindu kehidupan yang kekal itu, mendengar bahwa dia disuruh meniru bukan tokoh-tokoh Israel sebagai ahli taurat, yang jelas dia hafal semua namanya, melainkan orang Samaria itu, yang sangat dibenci dan dianggap hina dan haram oleh orang Jahudi. Inilah yang disebut perombakan semua nilai-nilai warisan!

Kesalehan yang diwarisi orang Kristen Batak tidak lepas dari pengaruh kesalehan yang dibawa oleh para penginjil pertama, dalam bentuk kehidupan yang menjauhkan diri dari “hal-hal duniawi.” Oleh sebab itu, kesalehan kita banyak dalam bentuk “tidak”. Kesalehan ini juga diperkuat oleh kesalehan dari Perjanjian Lama, yang mengutamakan banyaknya larangan-larangan dan yang juga lebih menenkankan perhatian ke hal-hal rohani. Akibat dari gabungan kesalehan ini maka terbentuklah gaya hidup yang bersikap-mendua, yang menceraikan “yang duniawi” dari “yang rohani.” Umumnya orang membedakan bahkan memisahkan “hidup hari Minggu” dari “hidup hari Senen sampai Sabtu.” Bisa saja seseorang “saleh” pada hari Minggu, tetapi bebas hidup “sebagai manusia biasa” – dalam arti melakukan segala kesalahan dan dosa, seperti KKN, berbohong dsb – pada hari Senen sampai Sabtu. Kesalehan gabungan itu juga cenderung introvert, dan lambat laun sangat individualistis, sehingga kurang memperhatikan sesama. Apalagi dalam “gereja suku” yang sangat menekankan kesukuan, pemahaman mengenai sesama manusia bisa cenderung terbatas atau hanya mengutamakan pada pemahaman sesama warga suku itu saja. Sama halnya seperti pemahaman Jahudi pada zaman Yesus, bahwa sesama manusia itu adalah sesame-manusia-orang-Jahudi. Pandangan seperti ini makin meruncing lagi ke fanatisme, bila keadaan sosial, ekonomi dan politis makin sulit. Kelompok orang seperti iitu bisa jadi eksklusif. Kelompok yang tercepit selalu cenderung menggali dasarnya yang lama untuk memperoleh fundasi yang kuat, sekali pun acap tidak relevan lagi. Inilah yang biasa kita sebut fundamentalisme.

Menjelang akhir abad yl, banyak pemikir memperkirakan bahwa dalam abad 21 ini akan bangkit kelompok-kelompok agama dalam bentuk yang fundamentalistis, eksklusif dan fanatik, serta agresif. Di dalam pemahaman kelompok-kelompok ini, sesama manusia adalah sesama anggota kelompoknya saja.

Dalam menghadapi gejala inilah gereja perlu menunjukkan bahwa pemahamnya sendiri mengenai sesama manusia adalah sesama manusia tanpa pandang perbedaan ras, bangsa, suku, budaya, bahasa, adat, status sosial-ekonomi, jender dlsb. Inilah yang disampaikan perumpamaan tentang “Orang Samaria yang murah hati” tadi. Pemahaman ini makin penting karena kesadaran bahwa kita hidup dalam masyarakat majemuk, atau lebih tepat lagi, masyarakat multikultural, makin bertambah. Dan masyarakat multikultural yang hidup dalam era globalisasi akan makin menyadari bahwa bayak masalah-masalah yang merupakan masalah-masalah bersama, yang hanya dapat diatasi bila diatasi secara bersama-sama. Dengan kata lain, fundamentalisme, eksklusivisme dan fanatisme saja tidak mungkin menyelesaikan sesuatu masalah, yang sudah menjadi masalah bersama dalam masyarakat.

Umpamanya, masalah keadilan adalah unsur yang sangat menentukan dalam setiap kegiatan mengusahakan perdamaian. Dan keadilan adalah bagian integral dari kesalehan yang sejati. Amos memberitakan bahwa ibadah Israel dibenci TUHAN, karena Israel tidak memperdulikan keadilan terutama terhadap orang-orang miskin (5:21ds). Yesus mengkritik ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi – golongan top dalam hal kesalehan! – karena sekalipun mereka membayar persepuluhan sampai hal-hal kecil, “tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan” (Mat 23: 23).

Oleh sebab itu, ganti fundamentalisme agama, teologi harus membebaskan gereja dari perangkap kemunafikan dan kesalehan yang individualistis, untuk memungkinkan pengembangan pengakuan sesama yang universal dan untuk mendorong kerjasama menghadapi masalah-masalah bersama dalam masyarakat. Teologi adalah hasil pergumulan- rangkap dari gereja.Yaitu pada satu pihak pergumulan Gereja denganTuhannya dalam arti menghayati kebenarandan anugerah Allah di dalam Ysesu Kristus, dan di pihak lain sekaligus merupakan pergumulan dengan kebudayaan dan masyarakat di tengah-tengah mana Gereja itu hidup. Pergumulan-rangkap ini tidak akan pernah selesai. Bahkan di dalam suatu zaman yang cepat berkembang dan membawa perubahan-perubahan, pergumulan rangkap ini makin dibutuhkan, bila mau hidup dengan sadar dan bertanggungjawab di tengah zaman yang cepat berubah-ubah itu.

Awal Oktober 2007

Ephorus em D.DR.S.A.E.Nababan adalah mantan ketua PGI dan Ephorus HKBP.

Kamis, 17 Juli 2008

PDS Tolak RUU Perbankan Syariah

(Berita)

INILAH.COM, Jakarta - Partai Damai Sejahtera (PDS) menolak ikut menyetujui pengesahan RUU tentang Perbankan Syariah menjadi undang-undang. Partai itu juga menyampaikan minderheids nota (menyatakan tidak ikut bertanggungjawab) atas pengesahan undang-undang tersebut.

Sikap itu disampaikan Jurubicara Fraksi PDS Retna Rosmanita Situmorang dalam Rapat Paripurna DPR RI di Gedung DPR/MPR Jakarta, Selasa (17/6). Dalam rapat paripurna yang dipimpin Ketua DPR Agung Laksono, fraksi-fraksi menyampaikan pandangan akhir atas RUU tersebut.

Rosmanita menjelaskan, hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan perbankan syariah telah diatur dalam UU No 7/1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No 10/1998. Karena itu, tidak perlu ada lagi ketentuan undang-undang khusus yang mengatur kegiatan perbankan syariah.

Berdasarkan kunjungan anggota Panja Perbankan Syariah ke negara tertentu, produk perbankan syariah dalam bentuk undang-undang hanya merupakan turunan dari UU Perbankan yang ada, bukan dalam undang-undang yang khusus.

Fraksi PDS mengingatkan mengenai pembentukan dan keberadaan NKRI, baik dulu, sekarang, maupun yang akan datang, bahwa semua undang-undang berlaku umum dan tidak memasukkan prinsip-prinsip kelompok saja ke dalam sistem hukum nasional. Hal itu akan berimplikasi pada dualisme hukum.

"Maka dengan ini, Fraksi PFDS menolak RUU tentang Perbankan Syariah untuk disahkan menjadi undang-undang dan meminta agar pendapat Fraksi PDS dalam dimasukkan sebagai minderheids nota. Fraksi PDS tidak ikut bertanggung jawab atas dampak yang ditimbulkan di kemudian hari," katanya.

Sikap tersebut, menurut Retna, didasarkan pada masukan berbagai pihak yang mengerti dan memahami arti, filosofi, maksud dan tujuan, baik yang tersurat maupun yang tersirat dalam kata 'syariah' negara yang hanya dianut dalam agama tertentu. ***

Jonni Silaban Terpilih Secara Aklamasi

(Berita)

Jonni Silaban akhirnya terpilih secara aklamasi sebagai ketua DPC Partai Damai Sejahtera (PDS) Tapteng periode 2005-2010 pada pelaksanaan Musyawarah Cabang I PDS Tapteng yang dilaksanakan di GOR Pandan, Sabtu( 8/10), yang dibuka secara resmi oleh ketua DPW PDS Sumut DR (HC) Drs Toga Sianturi MA, dengan tema “Meningkatkan Konsolidasi dan Pembaharuan menuju pemenangan Pemilu 2009.”

Terpilihnya Jonni Silaban sebagai ketua DPC PDS Tapteng, setelah kandidat ketua lainnya yakni mantan ketua DPC PDS Tapteng Drs Nimrot Hutagalung yang kembali mencalonkan diri sebagai ketua DPC, tidak memenuhi syarat lagi sebagai calon ketua untuk dipilih forum Muscab, sebab syarat dukungan suara minimal 30 % dari 49 peserta Muscab tidak dapat dimiliki oleh Drs Nimrot Hutagalung. Pada saat pemilihan Balon menjadi calon ketua, Drs Nimrot hanya memperoleh dukungan 11 suara, sedangkan Jonni Silaban memperoleh dukungan 35 suara, sedangkan 3 suara lainnya dianggap batal. Sehingga, Jonni Silaban menjadi satu-satunya calon ketua DPC PDS Tapteng untuk ditetapkan secara aklamasi oleh seluruh peserta Muscab.

Ketua DPW PDS Sumut DR (HC) Drs Toga Sianturi MA dalam sambutannya mengatakan, sejauh ini baru 7 DPC PDS di Sumut yang telah melaksanakan Muscab. Direncanakan sampai akhir tahun 2005, seluruh DPC PDS di Sumut telah selesai melaksanakan Muscabnya sebagai syarat untuk mengikuti Munas PDS tahun 2006 yang rencananya berlangsung di Manado Propinsi Sulawesi Utara.

Menurut Toga Sianturi MA, pengurus maupun kader PDS di daerah hendaknya mampu lebih dekat dengan gereja dan sekaligus berperan sebagai pelayan (Parhobas) di tengah-tengah gereja, sebab bila mau menjadi anak kandung gereja, kita harus dekat dengan gereja dan harus mau mengabari aspirasi Kristen di tengah masyarakat, katanya.

Sementara itu, ketua DPC PDS Tapteng terpilih Jonni Silaban dalam sambutannya mengajak seluruh kader PDS Tapteng untuk bersatu memperjuangkan kesejahteraan masyarakat Tapteng dengan kasih dan damai yang diberikan di tengah-tengah masyarakat.

Dijelaskannya, bahwa program kerja yang ingin dilakukannya di kepengurusan yang baru adalah melaksanakan KKR setiap bulannya di masing-masing DPRan (Kecamatan-Kecamatan) di Tapteng, selain upaya konsolidasi internal partai sampai ke tingkat desa dengan cara mengoptimalkan seluruh potensi yang ada untuk kebesaran partai PDS, sekaligus sebagai upaya menjalin kebersamaan dan persatuan di tubuh PDS Tapteng.

Usai pemilihan ketua baru, Muscab I PDS Tapteng di GOR Pandan juga dirangkai dengan acara pelantikan pengurus baru DPC PDS Tapteng periode 2005-2010 yang dipimpin oleh Ketua DPW PDS Sumut DR (HC) Drs Toga Sianturi MA didampingi sekretaris DPW Drs Penyabar Nakhe dan Bendahara DPW Pdt Apul Silalahi STh, yang ditandai dengan pemberian Pataka PDS dan PIN pengurus pada ketua DPC PDS Tapteng yang baru.

Pengurus DPC PDS Tapteng yang dilantik antara lain, ketua Jonni Silaban, Sekretaris Junjungan Hutagalung dan Bendahara Timbul Hutabarat SH.

Muscab PDS Tapteng berjalan dengan lancar, walau seluruh peserta Muscab sempat dihebohkan dengan datangnya gempa dan menjadikan seluruh peserta Muscab berhamburan keluar GOR Pandan.

Tetap Komit Mendukung Drs Tuani L Tobing/Ir MA Effendy Pohan

Sampai saat ini seluruh DPRan (Kecamatan) maupun pengurus Desa beserta seluruh kader PDS di kabupaten masih tetap komit untuk mendukung sepenuhnya pasangan Drs Tuani L Tobing/Ir MA Effendy Pohan sebagai Balon Bupati Tapteng.

Hal itu dikatakan ketua Panitia Muscab I PDS Tapteng Josia Hutagalung didampingi Humas Panitia Muscab P Silalahi, di sela reses Muscab di GOR Pandan, Sabtu (8/10) menanggapi sikap arus bawah PDS Tapteng terhadap Balon PDS yang telah didaftarkan ke KPUD Tapteng.

Menurut Josia Hutagalung, seluruh kader PDS di Tapteng sampai saat ini hanya memiliki satu calon saja untuk didukung pada Pilkada Tapteng mendatang yakni pasangan Drs Tuani L Tobing/Ir MA Effendy Pohan, sebab figur tersebut diketahui selama ini telah berbuat banyak bagi keberadaan PDS di Tapteng, sehingga sebagai partai yang mengusung kata Damai dan Sejahtera, tentunya akan selalu setia pada Drs Tuani L Tobing/Ir MA Effendy Pohan.

Selain itu, yang lebih tahu akan kondisi di daerah adalah kader di daerah sendiri, bukan pihak DPP sebab sudah seharusnya pihak DPP PDS lebih mempertimbangkan yang terbaik bagi kader PDS, daripada berusaha memaksakan kehendak untuk memajukan Balon yang tidak dikehendaki arus bawah.

Drs Tuani L Tobing menurut Josia Hutagalung sudah terbukti dan teruji dalam membawa kemajuan pembangunan di Tapteng, termasuk dalam menyebarkan kasih dan damai kepada seluruh lapisan masyarakat Tapteng sebagaimana yang diinginkan oleh PDS sendiri.

Di kesempatan itu, Josia Hutagalung mewakili kader PDS Tapteng dan ketua panitia Muscab I PDS Tapteng mengharapkan agar ketua terpilih dapat lebih memahami kehendak arus bawah yang menginginkan pasangan Drs Tuani Tobing/Ir MA Effendy Pohan sebagai pilihan terbaik seluruh kader PDS di Tapteng saat ini.

Ditegaskannya, seluruh kader PDS di tingkat bawah siap untuk memenangkan Drs Tuani L Tobing/Ir MA Effendy Pohan pada Pilkada mendatang, demi kelanjutan kemajuan pembangunan Tapteng ke depan, sebagaimana yang tertuang dalam konsep Tapanuli Growth, katanya. ***

Sumber : (TPT/i) Harian SIB ,Pandan (broken link)

F-PDS Tolak RUU Perbankan Syariah

(Berita)

Fraksi Partai Damai Sejahtera (F-PDS) DPR RI menyatakan penolakannya terhadap Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Perbankan Syariah dan RUU Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang tengah dalam pembahasan di DPR.

Surat penolakan bernomor A.749/F.PDS/ DPR-RI/II/ 2008 ditujukan untuk Ketua DPR RI Agung Laksono dan diterima Persda pada diskusi publik tentang RUU Perbankan Syariah di Jakarta, Jumat (14/3).

Sejumlah alasan dikemukakan dibalik penolakan itu diantaranya RUU tersebut bertentangan dengan Pancasila dan UUD 45 dan mengancam NKRI.
Surat penolakan ditandatangani Ketua Fraksi PDS Pastor Saut M Hasibuan dan Sekretaris Carol Daniel Kadang.

Pada bagian lampiran surat itu, anggota Komisi XI dari Fraksi PDS Retna Rosmanita Situmorang mengatakan fraksinya menolak seluruh draf daftar inventaris masalah (DIM) kedua RUU tersebut.

Penolakan dilakukan setelah fraksinya melakukan serangkaian dialog dan pembahasan dengan berbagai stakeholder seluruh Indonesia dan beberapa inti RUU tersebut yang tidak sesuai konsep NKRI yang berdasarkan Pancasila. (Persda Network/Aco).***

Akbar Dukung Konvensi PDS

Kamis, 08 Mei 2008 10:53:06

(Berita)

JAKARTA - Rencana Partai Damai Sejahtera (PDS) menggelar konvensi nasional capres dan cawapres mendapat sambutan positif sejumlah kalangan. Partai Pelopor dan Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI), misalnya, sepakat berkoalisi dengan PDS untuk mengusung salah satu pasangan capres dan cawapres hasil konvensi yang akan bertarung dalam Pilpres 2009. Selain itu, mantan ketua umum DPP Golkar mendukung rencana konvensi PDS tersebut.

"Partai Pelopor dan PPDI akan berkoalisi dengan PDS untuk mengusung capres hasil konvensi. Koalisi ini juga terbuka untuk parpol peserta pemilu lainnya," ujar Wakil Ketua Umum DPP PDS Denny Tewu kepada wartawan di Jakarta kemarin (7/5).

Koalisi yang dibangun PDS dengan Partai Pelopor dan PPDI menurut rencana dideklarasikan hari ini (8/5) bersamaan dengan acara pembukaan Rapimnas III PDS di Hotel Kartika Chandra.

Koalisi tersebut tidak hanya untuk Pilpres 2009, tetapi juga untuk mengusung calon pemimpin daerah dalam pilkada yang masih tersisa. "Koalisi dibangun untuk jangka panjang, bukan untuk Pilpres 2009 saja," tambahnya.

Secara terpisah, Plt Ketua Umum DPP Partai Pelopor Eko Suryo Sancoyo membenarkan rencana koalisi dengan PDS. Bahkan, komunikasi antarparpol dalam rangka koalisi makin intensif. "Memang kemarin sempat melakukan penggabungan di DPR dan kemudian pisah. Sekarang ini kita bangun kembali koalisi ini," katanya.

Kriteria Partai Pelopor untuk capres yang maju di konvensi, menurut Eko, figur yang berwibawa dan diterima semua golongan masyarakat. "Pokoknya pemimpin ke depan itu bisa diterima masyarakat dan tidak membuat susah masyarakat yang memilihnya," tandasnya.

Kegiatan menggelar konvensi nasional untuk memilih capres itu juga didukung mantan Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung. Menurut salah satu pencetus ide konvensi Partai Golkar tersebut, langkah PDS sudah tepat. "Rencana PDS menggelar konvensi dalam memilih capres sangat baik. Konvensi merupakan bagian dari proses demokrasi yang bisa mendewasakan partai politik," katanya. ***

Sumber

:

www.jawapos.co.id

(Berita)

JAKARTA - Rencana Partai Damai Sejahtera (PDS) menggelar konvensi nasional capres dan cawapres mendapat sambutan positif sejumlah kalangan. Partai Pelopor dan Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI), misalnya, sepakat berkoalisi dengan PDS untuk mengusung salah satu pasangan capres dan cawapres hasil konvensi yang akan bertarung dalam Pilpres 2009. Selain itu, mantan ketua umum DPP Golkar mendukung rencana konvensi PDS tersebut.

"Partai Pelopor dan PPDI akan berkoalisi dengan PDS untuk mengusung capres hasil konvensi. Koalisi ini juga terbuka untuk parpol peserta pemilu lainnya," ujar Wakil Ketua Umum DPP PDS Denny Tewu kepada wartawan di Jakarta kemarin (7/5).

Koalisi yang dibangun PDS dengan Partai Pelopor dan PPDI menurut rencana dideklarasikan hari ini (8/5) bersamaan dengan acara pembukaan Rapimnas III PDS di Hotel Kartika Chandra.

Koalisi tersebut tidak hanya untuk Pilpres 2009, tetapi juga untuk mengusung calon pemimpin daerah dalam pilkada yang masih tersisa. "Koalisi dibangun untuk jangka panjang, bukan untuk Pilpres 2009 saja," tambahnya.

Secara terpisah, Plt Ketua Umum DPP Partai Pelopor Eko Suryo Sancoyo membenarkan rencana koalisi dengan PDS. Bahkan, komunikasi antarparpol dalam rangka koalisi makin intensif. "Memang kemarin sempat melakukan penggabungan di DPR dan kemudian pisah. Sekarang ini kita bangun kembali koalisi ini," katanya.

Kriteria Partai Pelopor untuk capres yang maju di konvensi, menurut Eko, figur yang berwibawa dan diterima semua golongan masyarakat. "Pokoknya pemimpin ke depan itu bisa diterima masyarakat dan tidak membuat susah masyarakat yang memilihnya," tandasnya.

Kegiatan menggelar konvensi nasional untuk memilih capres itu juga didukung mantan Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung. Menurut salah satu pencetus ide konvensi Partai Golkar tersebut, langkah PDS sudah tepat. "Rencana PDS menggelar konvensi dalam memilih capres sangat baik. Konvensi merupakan bagian dari proses demokrasi yang bisa mendewasakan partai politik," katanya. ***

Sumber

:

www.jawapos.co.id

Legalitas STT Doulos

Doulos sudah legal
Banyak lembaga Pendidikan yang dapat mengeluarkan ijazah, namun apakah mereka sah?
Di STT DOULOS selain anda diperlengkapi sebagai hamba Allah, Anda juga berhak menyandang gelar S1 dan S2 yang diakui negara.

1. Terdaftar di DEPARTEMEN AGAMA RI
melalui surat keputusan Menteri Agama
No. 567B / Th. / 1999 / 1 – 10 – 1999.
2. Anggota PASTI (Persekutuan Sekolah
Tinggi Teologi Injili Indonesia).
3. Anggota ATA (Asia Theological
Association)

Tuhan Yesus Telah Bangkitkan Saya Dari Kematian



Oleh Dominggus K


"Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya." Yohanes 5:21

Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan, dalam kesempatan ini saya akan bersaksi tentang peristiwa kematian dan kehidupan yang saya alami pada tanggal 15 Desember 1999. Peristiwa ini juga merupakan suatu tragedi bagi yayasan Doulos, Jakarta dimana STT Doulos ada di dalamnya dan saya adalah mahasiswa yang tinggal di asrama. Sebelum penyerangan dan pembakaran Yayasan Doulos tanggal 15 Desember itu, beberapa kali saya mendapat mimpi-mimpi sebagai berikut:

Minggu, 12 Desember 1999, saya bertemu dengan Tuhan Yesus dan malaikat, saya terkejut dan bangun lalu berdoa selesai saya tidur kembali.

1.. Senin, 13 Desember 1999, saya bermimpi lagi, dengan mimpi yang sama.

2.. Selasa, 14 Desember 1999, dalam mimpi saya bertemu dengan seorang pendeta pada suatu ibadah KKR, isi khotbah yang disampaikan mengenai akhir zaman, adanya penganiayaan dan pembantaian.

3.. Rabu, 15 Desember 1999, kurang lebih pukul 08.00 pagi, saya mendapatkan huruf "M" dengan darah di bawah kulit pada telapak tangan kanan saya. Dalam kebingungan dan sambil bertanya-tanya dalam hati, apakah saya akan mati? Saya bertanya kepada teman-teman dan pendapat mereka adalah bahwa kita akan memasuki millennium yang baru. Walaupun pendapat mereka demikian saya tetap merasa tidak tenang serta gelisah karena dalam pikiran saya huruf "M" adalah mati, bahwa saya akan mengalami kematian. Saya hanya bisa berdoa dan membuka Alkitab. Sekitar pukul 15.00 saya membaca firman Tuhan dari Kitab Yeremia 33:3 "Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab Engkau." Dan pada pukul 18.00, tanda huruf "M" di telapak tangan saya sudah hilang.

#Kampus dan Asrama Mahasiswa Doulos Diserang#

Pada malam hari tanggal 15 Desember 1999. kegiatan berlangsung biasa di dalam asrama kampus STT Doulos. Sebagian mahasiswa ada sedang belajar, yang lain memasak di dapur dan ada pula yang sedang berdiam. Saya sendiri sedang berbaring di kamar. Kurang lebih jam 21.00 malam itu, saya dibangunkan oleh seorang teman sambil berteriak: "Domi, bangun, kita diserang!" Saya langsung bangun dalam keadaan panic, saya langsung berlari ke halaman kampus dan melihat sebagian kampus kami yang telah terbakar. Saat itu saya berkata kepada Tuhan: "Tuhan, saya mau lari kemana? Tuhan, kalau saya lari lewat pintu gerbang depan pasti saya dibacok."

Sementara pikiran saya bertambah kalut ketika teringat akan tanda huruf "M" yang diberikan pada tangan saya. "Tuhan, apakah saya akan mati?" Saya menoleh ke belakang, ada beberapa teman sekamar yang lari menyelamatkan diri masing-masing.

Di belakang kampus kami dikelilingi pagar kawat duri setinggi 2 meter, saya tidak bisa melompat keluar dengan cara mengangkat kawat itu. Dengan tangan sedikit terluka akhirnya saya pun dapat keluar.

Kami sudah berada di luar pagar dengan keadaan takut dan gemetar karena di sana terdapat massa atau orang banyak yang tidak dikenal, mereka membawa golok, pentungan, batu dan botol berisi bensin atau Molotov. Kemudian kami berpisah dengan teman-teman, saya tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka.

Saya lari menuju kos kakak tingkat semester 10, yang letaknya tidak jauh dari kampus. Sementara saya berlari, saya tetap berdoa kepada Tuhan: "Tuhan berkati saya, ampuni dosa dan kesalahan saya." Setiba di rumah kos itu, saya mengetuk pintu sebanyak 2 kali tetapi tidak ada yang membukakan pintu.

Ternyata di belakang saya ada 4 teman mahasiswi yang juga lari mengikuti dari belakang. Mereka memanggil saya: "Domi, ikut ke rumah kami" tetapi saya berkata kepada mereka, "biar saya bersembunyi di sini." Masih berada di depan rumah kos tersebut, saya berdoa lagi "Oh.. Tuhan, apakah malam ini saya akan mati? Ampuni dosa dan kesalahan saya."

#Ditangkap oleh Massa#

Saya mengetuk pintu lagi, tetapi tidak ada orang yang menjawab, saya berdoa kembali: "Tuhan.. ini hari terakhir untuk saya hidup." Terdengar suara massa yang semakin mendekat kepada saya. Mereka berkata: "Itu mahasiswa Doulos, tangkap dia!" Ada juga yang berteriak: "Bantai dia, tembak!"
Seketika itu saya ditangkap dan saya hanya bisa berserah kepada Tuhan sambil berkata: "Tuhan saya sudah di tangan mereka, saya tidak bisa lari lagi."

Kemudian tangan saya diikat ke belakang dan mata saya ditutup dengan kain putih. Saya tetap berdoa dalam keadaan takut dan gemetar: "Tuhan ampuni dosa saya, pada saat ini Engkau pasti di samping saya." Tiba-tiba ada suara terdengar oleh saya entah dari mana, yang berkata: "Jangan takut, Aku menyertai engkau, Akulah Tuhan Allahmu." Setelah mendengar suara itu, rasa ketakutan dan kegentaran hilang, karena saya sudah pasrahkan kepada Tuhan.

#Penganiayaan dan Kematian#

Mereka membawa saya ke tempat yang gelap, saya dipukuli dan ditendang. Saya dihadapkan dengan massa uang jumlah orangnya lebih banyak, saat itu mereka ragu, apakah saya mahasiswa Doulos atau warga sekitarnya. Sebagian massa ada yang terus mendesak untuk memotong dan membunuh saya.

Saya berdoa lagi: "Tuhan, fisik saya kecil, kalau saya mati, saya yakin masuk sorga. Saat ini saya serahkan nyawa saya ke dalam tangan kasih-Mu, ampunilah mereka." Saat itu kepala saya dipukul dari belakang dan terjatuh di atas batu, saya tidak sadar akan apa yang terjadi lagi.

#Roh Saya Keluar Dari Tubuh#

Kemudian ... roh saya terangkat keluar dari tubuh saya, roh saya berbentuk seperti orang yang sedang start lari atau sedang jongkok, lalu lurus seperti orang yang berenang kemudian berdiri. Roh saya melihat badan saya dan berkata: "Kok badan saya tinggal" (sebanyak dua kali). Roh saya berdiri tidak menyentuh tanah dan tidak tahu mau berjalan kemana, karena di sekeliling saya gelap gulita, kurang lebih lima detik, roh saya berkata:
"Mau ke mana?"

#Lima Malaikat Datang Menjemput Saya#

Saat itu ada lima malaikat datang kepada saya, dua berada di sebelah kiri, dua di sebelah kanan dan satu malaikat berada di depan saya. Tempat yang tadinya gelap gulita telah berubah menjadi terang dan saya sudah tidak dapat melihat badan saya lagi. Roh saya dibawa oleh malaikat-malaikat tersebut menuju jalan yang lurus, dan pada ujung jalan itu sempit seperti lubang jarum. Roh saya berkata: "Badan saya tidak dapat masuk." Tetapi malaikat yang di depan saya bisa masuk, lalu roh saya berkata lagi: "Badan rohani saya kecil pasti bia masuk." Kemudian roh saya masuk melalui lubang jarum tersebut.

"Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham." Lukas 16:22

#Berada di Dalam Firdaus#

Saat itu saya sudah berada di dalam sebuah halaman yang luas. Halaman itu sangat luas, indah dan tidak ada apa-apa. Roh saya berkata: "Kalau ada halaman pasti ada rumahnya." Tiba-tiba saat itu ada rumah, saya dibawa masuk ke dalam rumah tersebut dan bertemu dengan banyak orang di kamar pertama. Roh saya berkata: "Ini orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus, mereka ditempatkan di sini." Mereka sedang bernyanyi, bertepuk tangan, ada yang berdiri, ada yang duduk dan ada yang meniup sangkakala.

"Di rumah Bapaku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu." Yohanes 14:2

#Dibawa ke Ruangan Selanjutnya#

Saya dibawa oleh malaikat-malaikat ke kamar selanjutnya atau kedua, sama dengan kamar yang pertama, hanya disini roh saya melihat orang-orang dengan wajah yang sama dan postur tubuh yang sama. Kemudian saya dibawa lagi ke kamar yang ketiga, yang sama dengan kamar yang pertama. Dan roh saya berkata: "Ini orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus, ditempatkan di sini." Lalu roh saya dibawa ke kamar yang keempat yaitu kamar yang terakhir, pada saat ini saya hanya sendiri, tidak disertai oleh malaikat-malaikat tadi. Kamar itu kosong, lalu roh saya berkata: "Ini penghakiman terakhir, saya masuk sorga atau neraka."

"Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Eloim sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Eloim? Dan jika orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang berdosa?" 1 Petrus 4:17-18

#Bertemu dengan Tuhan Yesus#

Kemudian roh saya berjalan tiga sampai empat langkah, di depan saya ada sinar atau cahaya yang sangat terang seperti matahari, maka roh saya tidak dapat menatap. Saya menutup mata dan terdengar suara: "Berlutut!" Seketika itu roh saya berlutut, terlihat sebuah kitab terbuka dan dari dalamnya keluar tulisan yang masuk ke mata saya yang masih tertutup, tulisan timbul dan hilang terus menerus, roh saya berkata: "Tuhan...! ini perbuatan saya minggu lalu, bulan lalu, tahun lalu. Saya melakukan yang jahat dan saya tidak pernah mengaku dosa pribadi, sehingga Engkau mencatatnya di sini."

"Tuhan...! Saya ingin seperti saudara-saudara di kamar pertama, yang selalu memuji dan memuliakan Engkau. Tuhan...! Saya tahu Engkau mati di atas kayu salib untuk menebus dosa saya, saya rindu seperti saudara-saudara yang berada di kamar pertama, kedua dan ketiga yang selalu memuji-muji Engkau."

Sesudah itu tulisan yang keluar dari kitab itu hilang, buku manjadi bersih tanpa tulisan, kemudian buku itu hilang dan sinar yang terang itupun hilang dan ada suara berkata: "Pulang! Belum saatnya untuk melayani Aku."

Saya melihat-lihat dari mana arah suara itu datang, saya melihat ada seorang di samping kanan. Orang tersebut badan-Nya seperti manusia, rambut hingga ke lehernya bersinar terang. Jubah-Nya putih hingga menutupi kedua tangan-Nya dan bawah jubah-Nya menutupi kaki-Nya. Ia menunggangi seekor kuda putih dengan tali les yang putih. Lalu roh saya berkata: "Ini Tuhan Yesus, Dia seperti saya, Dia Eloim yang hidup."

"Lalu aku melihat sorga terbuka; sesungguhnya, ada seekor kuda putih dan Ia yang menungganginya bernama: "Yang Setia dan Yang Benar" Ia menghakimi dan berperang dengan adil." Wahyu 19:11

Kemudian Tuhan Yesus tidak nampak lagi dan seketika itu roh saya dibawa pulang ke dalam tubuh saya. Saat itu juga ada nafas, ada pikiran dan saya berpikir, tadi saya bersama dengan Tuhan Yesus. Setelah itu saya mencoba beberapa kali untuk bangun dan mengangkat kepala, tetapi tidak bisa, terasa sakit sekali, saya baru sadar bahwa leher saya telah dipotong dan hampir putus, kemudian saya dibuang ke semak-semak dengan ditutupi daun pisang. Saya merasa haus, lalu menggerakkan tangan mengambil darah tiga tetes dan menjilatnya, lalu badan saya mulai bergerak.

Saya berdoa: "Tuhan, lewat peristiwa ini saya telah bertemu dengan Engkau, dan Engkau memberikan nafas dan kekuatan yang baru sehingga aku hidup kembali, tapi Tuhan, Engkau gerakkan orang supaya ada yang membawa saya ke rumah sakit."

Tuhan menjawab doa saya, malam itu ada orang yang mendekati saya dengan memakai lampu senter, lalu bertanya: "Kamu dari mana?" Saya tidak bisa menjawab, karena saya tidak dapat berbicara lewat mulut, tidak ada suara yang keluar, hanya hembusan nafas yang melalui luka-luka menganga pada leher. Kemudian orang tersebut memanggil polisi.

Puji Tuhan! Dikira sudah meninggal tetapi masih hidup. Mereka mengira saya sudah meninggal, mereka mengangkat dan membawa saya ke jalan raya. Kemudian polisi mencari identitas atau KTP saya, ternyata tidak ditemukan. Tanpa identitas, mereka bermaksud membawa saya ke sebuah rumah sakit lain, tetapi saya ingat kembali akan suara Tuhan dan takhta-Nya di sorga, ternyata ada kekuatan baru dari Tuhan Yesus yang memampukan saya dapat berbicara.
Tiba-tiba saya berkata: "Nama saya Dominggus, umur saya 20 tahun, semester III, tinggal di asrama Doulos, saya berasal dari Timor."

Orang-orang yang sedang melihat dan mendengar saya, berkata: "Wah, dia dipotong dari jam berapa? Sekarang sudah jam 02.30 pagi, tapi dia masih hidup."

#Perjalanan ke Rumah Sakit UKI#

Kemudian mereka memasukkan saya ke dalam mobil dan meletakkan saya di bawah. Saya tetap mengingat peristiwa ketika Tuhan Yesus dianiaya. Sementara mobil meluncur dengan kecepatan tinggi, saat melewati jalan berlubang atau tidak rata mobilpun berguncang dan saya merasa sangat sakit sekali pada luka di leher. Saya katakan kepada Tuhan: "Tuhan, apakah saya dapat bertahan di dalam mobil ini? Tuhan ketika Engkau di atas kayu salib, Engkau meminum cuka dan empedu, tetapi saya menjilat darah saya sendiri karena tidak ada orang yang menjagai saya."

Saya membuka mata, ternyata memang tidak ada seorangpun yang menjagai saya, hanya seorang supir. Tetapi saya melihat beberapa malaikat berjubah puith menjaga dan mengelilingi saya. Saya katakan: "Tuhan ini malaikat-malaikat pelindung saya, mereka setia menjagai." Saya harus berdoa agar tetap kuat.

#Perawatan di Rumah Sakit#

Setiba di rumah sakit, suara saya dapat normal kembali. Saya dapat berbicara dan bertanya kepada perawat: "Bapak saya mana?" perawat RS bertanya kepada saya: "Bapakmu siapa?" Saya jawab: "Bapak Ruyandi Hutasoit." Ketika Bpk. Ruyandi menemui saya, ia berkata: "Dominggus.. leher kamu putus!" Jawab saya: "Bapak doakan saya, sebab saya tidak akan mati, saya telah bertemu dengan Tuhan Yesus." Lalu Bpk. Ruyandi mendoakan dan menumpangkan tangan atas saya.

Setelah itu saya mendapat perawatan, seorang dokter ahli saraf hanya menjahit kulit leher saya, karena luka bacokan sudah menembus sampai ke tulang belakang leher, sehingga cairan otak mengalir keluar, saluran nafas dan banyak saraf yang putus. Kemudian saya dirawat tiga hari di ruangan ICU dan selama perawatan saya tidak diberikan transfusi darah pendapat dokter pada saat itu adalah bahwa saya akan mati dan saya tidak diharapkan hidup, mengingat cairan otak yang telah keluar dan infeksi yang terjadi pada otak, yang semua itu akan menimbulkan cacat seumur hidup.

#Mukjizat Kesembuhan Terjadi#

Tanggal 19 Desember 1999 dengan panas badan 40°C dan seluruh wajah yang bengkak karena infeksi, saya dipindahkan keluar dari ruang ICU, dikarenakan ada pasien lain yang sangat memerlukan dan masih mempunyai harapan hidup yang lebih besar daripada saya.

Pada malam hari, roh saya kembali keluar untuk kedua kali dari tubuh saya, roh saya melihat suasana kamar dimana saya dirawat dan kemudian roh saya berjalan sejauh kurang lebih dua atau tiga kilometer dalam suasana terang di sekeliling saya. Tiba-tiba ada suara terdengar oleh saya: "Pulang..pulang...!"

Seketika itu juga, roh saya kembali ke dalam tubuh saya, suhu tubuh menjadi normal dan tidak ada lagi infeksi. Kemudian terdengar bunyi seperti orang menekukkan jari-jari pada leher saya, lalu otot, tulang, saluran nafas dan saraf-saraf tersambung dalam sekejab mata, saya merasa tidak sakit dan dapat menggerakkan leher. Sesudah itu saya diberi minum dan makan bubur.

Saya sudah hidup kembali, dengan kesehatan yang sangat baik. Puji Tuhan!
Keluar dari Rumah Sakit dalam Keadaan Sembuh Total

Saya berada di rumah sakit sejak tanggal 16 Desember 1999 dini hari dan keluar dari rumah sakit pada tanggal 29 Desember 1999, dengan berat badan normal dibanding dua minggu yang lalu karena banyak darah dan cairan yang telah keluar. Saya telah sembuh sempurna, tanpa cacat, tanpa perawatan jalan, saya hidup kembali dengan normal.

"Terima kasih Tuhan Yesus, Engkau sungguh Eloim yang hidup dan ajaib, terpujilah nama-Mu kekal sampai selamanya, amin!"***

Demokrasi dan Kebebasan Beragama

Opini


Oleh : Hotman Jonathan Lumbangaol

28-Apr-2008, 21:31:01 WIB - [www.kabarindonesia.com]

KabarIndonesia : Sekedar info dari Redaksi; Masjid Al Furqon milik jemaah Ahmadiyah di Kampung Parakan Salak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, hancur menjadi puing, Senin (28/4), setelah dibakar orang tidak dikenal, pada Senin dini hari pukul 00.30 WIB. Sampai saat ini Polres Sukabumi telah menangkap delapan orang yang diduga pelaku pembakaran. Sumber Suara Pembaruan http://www.suarapembaruan.com/News/2008/04/28/index.html

Oleh: Hotman Jonathan Lumbangaol

KabarIndonesia -
Indonesia adalah negara yang tergolong demokrasi soal kebebasan beragama. Terbukti, Departemen Agama dibentuk dalam rangka memenuhi kewajiban pemerintah untuk melaksanakan isi UUD 1945 pasal 29.

Pasal tersebut berbunyi, ayat (1) Negara berdasar atas ke-Tuhanan yang Maha Esa, ayat (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Dalam UUD 1945 pasal 29 tercantum kalimat “agamanya dan kepercayaannya itu”.

Menurut kaidah bahasa Indonesia dan berdasarkan penjelasan Bung Hatta, bahwa kata-kata “itu” di belakang kata “kepercayaan” dalam pasal tersebut menunjukkan makna kesatuan di antara agama dengan kepercayaan. Namun yang terjadi hidup beragama masih diwarnai dengan berbagai tindakan radikalisme, kurang toleransi---muncul dalam bentuk aksi-aksi kekerasan massa. Ambil contoh, pembakaran Yayasan Doulos sampai hari ini tidak pernah disidangkan, atau kekerasaan terhadap pendeta HKBP di Rajek, Tangerang beberapa waktu lampau tidak jelas keadilan pemerintah.

Di tingkat masyarakat, terjadi pembrondongan terhadap kebebasan beragama karena fanatisme yang mengharamkan pluralisme dan menghalalkan penutupan dan pengrusakkan rumah ibadah. Herannya, kasus-kasus seperti ini selalu dipetieskan. Yang berarti demokrasi belum berdiri tegak di seantero Nusantara.

Padahal, hak menganut dan mendirikan ibadah adalah hak hakiki yang dijamin undang-undang. Perubahan SKB Dua Menteri diganti dengan Peraturan Bersama (Perber) pun tidak memberikan solusi, malah menyuburkan perusakan rumah ibadah. Gejala lain yang juga mengganggu prinsip (demokrasi) kebebasan beragama adalah dikeluarkan-nya apa yang disebut perda-perda syariah, mengharuskan bagi pegawai perempuan pemerintah daerah untuk memakai jilbab. Kasus di beberapa daerah menjadi sumber konflik.

Di Sumatera Barat misalnya, siswi Kristen disuruh pakai kerudung. Masalahnya bukan anti peraturan, melainkan peraturan produk kebudayaan Arab tidak bisa dipakai, di Indonesia yang berdasarkan masyarakat majemuk.

Jacques Rousseau, seorang satrawan dan filsuf Prancis (1712-1778). Menurut Rousseau, ketika pertama kali lahir, manusia dalam keadaan baik. Namun setelah bermasyarakat ia menjadi jahat karena ada persaingan, percekcokan dan lainnya. Untuk mengembalikan pada keadaan baik dan damai, maka harus ada kesepakatan bersama untuk mengatur kehidupan bersama.

Kesepakatan bersama terjadi jika setiap orang menyerahkan pribadinya dan seluruh kekuatannya bersama-sama dengan yang lain di bawah pedoman tertinggi dari kehendak umum; pada tubuh manusia, kita menganggap setiap organ adalah bagian yang tak terpisahkan dari organ lainnya secara keseluruhan. Demikian pula demokrasi, kebebasan semua orang adalah keputusan dari suara terbanyak yang mencerminkan demokrasi.

Sebaliknya kebebasan seseorang tidak mencerminkan kehendak umum. Walau kebebasan pribadi harus dihargai negara demokrasi. Maka, di sinilah pentingnya toleransi umat beragama. Fanatisme terhadap kepercayaan pribadi tidak bisa dipaksakan pada orang lain.


Demokrasi Absurd

Kasus massa menghakimi ustad di Kota Malang, Jawa Timur karena diduga menyebarkan kesesatan, massa merusak kantor organisasi keagamaannya. Kelompok tertentu ingin memaksakan kehendak sendiri. Atau kasus Ahmad Musaddeq alias Abdussalam, pria yang mengklaim nabi ini diancam hukuman atas pelanggaran pasal 156 huruf a KUHP selama menyebarkan aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah.

Musaddeq dijerat dakwaan penodaan agama. Sebelum membentuk aliran, Musaddeq bertapa selama 40 hari 40 malam di Gunung Bunder, Pamijahan, Bogor. Usai bertapa, pada 23 Juli 2006, Musaddeq mengikrarkan diri gelar ”Al-Masih Al-Mawud” alias juru selamat yang dijanjikan. Sebenarnya dia bukan menyakiti umat Muslim saja, tetapi juga melecehkan umat Kristen.

Namun menurut penulis, tak jadi soal--- Ahmad Musaddeq bilang apa, yang bertanggung jawab adalah dia sendiri. Demi demokrasi harus diterima. Demokrasi memang absurd. Demokrasi seperti setan yang baik yang harus dijaga. Ini berarti kebebasan tersebut mencakup penyiaran agama. Itu semua merupakan konsekuensi menjunjung Hak Asasi Manusia (HAM) dari kencenderungan masyarakat Indonesia yang tergolong religius. Sebab, kebebasan beragama adalah hak asasi paling hakiki manusia. HAM adalah hak yang melekat pada setiap orang dan tidak merupakan pemberian siapa pun, termasuk negara. Apabila negara telah mengakui dan melindungi HAM dalam konstitusi, maka soal HAM juga berarti bebas memeluk agama.

Karena itu, Negara wajib melindungi pemeluk agama. Karena itu, negara tidak boleh mentolerir pengrusakkan tempat ibadah. Negara harus menindak tanpa pandang bulu. Baik kekerasan yang mengatasnamakan agama dan pelanggaran HAM. Oleh sebab itu negara harus memiliki komitmen terhadap HAM. Maka pemerintah sebagai penyelengara negara harus mencegah dan menentang setiap pelanggaran hal-hal di atas. Karena penegakkan HAM salah satu fondasi dari pilar demokrasi. Dan, ketegasan negara sebagai pemilik otoritas--mengadili seadil-adilnya bagi mereka yang memaksakan kehendaknya terhadap agama lain.

Hal ini harus direalisasikan negara, jika penegakan HAM tidak pernah akan ada, atau malah tetap sebagai negara demokrasi abu-abu. Hak menganut agama merupakan kebebasan mengembangkan agamanya, bahkan mendirikan sekte (aliran) baru harus dilindungi negara. Karena itu, konstitusi negara harus menjamin Kebebasan Beragama untuk semua orang.


* Penulis adalah Pengurus Alumni Sekolah Tinggi Teologia Doulos Jakarta, peminat masalah-masalah sosial. Selain menulis dibeberapa website, dan melayani Kaum Muda.

Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/
Alamat ratron (surat elektronik): redaksi@kabarindonesia.com
Berita besar hari ini...!!! Kunjungi segera:
www.kabarindonesia.com

PBNU Sesalkan Penyerbuan Wisma Doulos

Penggunaan Isu Agama sebagai Komoditas Politik Menimbulkan Konflik Horisontal Antarmasyarakat

Jakarta, Pelaku peristiwa penyerbuan Yayasan Doulos, di Cipayung, Jakarta Timur beberapa hari lalu telah melakukan tindakan melawan hukum dan melanggar hak-hak warga masyarakat yang seharusnya dilindungi. Mereka juga telah menodai kesucian bulan Ramadhan dan kesucian agama Islam yang secara mendasar menolak tindakan kekerasan itu.

Pernyataan sikap ini disampaikan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) KH Hasyim Muzadi dan Sekretaris Jenderal Drs H Muhyidin Arubusman dalam keterangan persnya yang disampaikan Minggu (19/12) di Jakarta. Dia mengutuk semua pihak yang terlibat peristiwa penyerbuan Yayasan Doulos, baik secara langsung maupun tidak langsung.

''Kami sangat menyesalkan peristiwa perusakan, pembakaran dan pembunuhan yang terjadi di wisma Doulos serta menyatakan simpati dan bela sungkawa sedalam-dalamnya terhadap saudara kami dari umat Kristiani yang menjadi korban peristiwa tersebut,'' ujar Hasyim Muzadi.

Dia juga mendesak pemerintah untuk sesegera mungkin mengusut kasus ini dan menangkap semua pihak yang terlibat, termasuk provokator dan aktor-aktor intelektualnya. Kepada aparat keamanan diharapkan meningkatkan komitmen menjamin tegaknya tertib sosial, rasa aman dan keselamatan setiap warga negara dari setiap tindak kekerasan dengan dalih apa pun di luar koridor hukum yang berlaku.

Kepada semua pihak, khususnya umat Islam dan Nasrani diajak untuk semakin mempererat tali silaturrahmi dan tali persaudaraan sesama warga bangsa Indonesia serta mempertahankan dan meningkatkan rasa saling pengertian dan kerja sama.

Kepada warga NU, secara khusus ia mengimbau untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan sikap tasamuh (toleran) dalam pergaulan sosial dengan semua komponen bangsa, baik yang seagama maupun yang berbeda agama.

Ketua Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) M Syukur Sabang menilai, penggunaan isu agama sebagai komoditas politik telah menimbulkan pecahnya konflik horisontal antar masyarakat sehingga biaya sosial (social cost) yang harus dikeluarkan bangsa Indonesia sangat tinggi.

Penilaian ini dikatakan pada press release yang disampaikannya, Minggu (19/12) menyikapi peristiwa penyerbuan terhadap sekelompok orang terhadap kompleks Yayasan Doulos Cipayung, Jakarta Timur.

Syukur merasa prihatin atas peristiwa yang justru terjadi pada bulan Ramadhan, bulan yang dianggap suci oleh umat Islam, serta menjelang umat Kristiani merayakan Natal.

Untuk itu dihimbau kepada seluruh umat beragama, khususnya warga GP Ansor untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap hasutan, politik adu domba dan rongrongan dengan kedok agama yang sengaja diarahkan agar timbul perpecahan nasional dan disintegrasi bangsa. (AO/S-22/SPD/IM)

Surat dari Cipayung

INILAH PROVOKATOR
(berita ini muncul setelah penyerangan pada yayasan Doulos, hal ini perlu di baca dengan kepala dingin)

Selasa, 28 Desember 1999 : 7.00

Salah seorang muslim yang sedang berkunjung ke Doulos. Pemurtadan dengan bentuk Islam berupa penggunaan istilah da'wah, ukhuwah, berbaju koko, berpeci dan beribadah menyerupai sholat dan keharusan pembabtisan seluruh pasien klinik syaraf Doulus s/d upacara Makan bersama Tuhan Yesus, mereka lakukan bertujuan memurtadkan umat Islam setempat untuk menukar agama Islam ke agama Kristen. Ini bukan masalah antar pemeluk agama, antara Islam dan Kristen. Karena seperti diberitakan oleh Tabloid Tekad yayasan ini tidak terdaftar di PGI. Tapi ini masalah antara warga Betawi-Muslim Cipayung dengan Yayasan Doulos yang merasa diresahkan dengan penyesatan dan pelecehan agama mereka (Islam), Yayasan ini sudah sering kali diperingatkan & diprotes oleh ulama sekitar Cipayung, bahkan sudah keluar surat walikota yang menutup tempat sesat ini, namun mereka masih saja melakukan aktivitas yang meresahkan & menyesatkan umat Islam disana. Tolong sebar luaskan foto ini kepada saudara-saudara kita yang masih belum jelas mengenai masalah doulos. Mereka telah melecehkan ajaran Islam, bukan seorang Muslim yang tidak marah dengan perlakuan mereka ini. Umat Islam tidak pernah menjual, tapi bila ada yang menjual kita wajib membeli. Tolong lihat masalah ini dengan jujur, adil dan proporsional.


SURAT KISDI KEPADA KAPOLDA

YAYASAN DOULOS TERBUKTI MERESAHKAN WARGA

Kepada.

Yth. Bapak Mayjen Pol. Noegroho Djajoesman

Kapolda Metro Jaya

Di Jakarta

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Mencermati pemberitaan kasus Yayasan Doulos di Cipayung Jawa Barat di
Tabloid TEKAD No 08/tahun II, 20-26 Desember 1999, dan berdasarkan
sejumlah publikasi intern Yayasan Doulos, kami menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahwa Yayasan Doulos terbukti telah melakukan kegiatan-kegiatan dan gerakan Kristenisasi baik secara terselubung maupun terang-terangan yang dengan sengaja dan sadar mengabaikan peraturan-peraturan yang berlaku, etika penyiaran agama di Indonesia, dan perasaan kaum Muslimin Indonesia, khususnya warga sekitar Komplek Doulos. Yang lebih semena-mena lagi, gerakan Kristenisasi itu dilakukan kelompok Doulos dengan bekedok aktivitassosial dan mengadu domba antar sesama Muslim Indonesia.

2. Bahwa Yayasan Doulos terbukti melakukan penghinaan, penodaan, dan
pelecehan terhadap agama dan kaum Muslim Indonesia dengan misalnya
menyebut kaum Muslim Indonesia sebagai "suku terasing" yang belum tersentuh Injil.

3. Bahwa Yayasan Doulos sudah terbukti meresahkan masyarakat Muslim
Indonesia di tempat lain (seperti di Lembang, Bandung), sehingga
aktivitasnya ditutup oleh masyarakat dan pemerintah Bandung.

Menyimak berbagai fakta seputar Yayasan Doulos tersebut, maka kami
menduga keras bahwa tokoh-tokoh yang tergabung dalam Yayasan Doulos adalah provokator sejati yang aktivitasnya membuat keresahan masyarakat dan mengadu domba antar sesama komponen bangsa Indonesia.

Karena itu, kami memohon Kapolda Metro Jaya untuk mengusut tuntas dan
menyelidiki sampai ke akar-akarnya siapa sebenarnya tokoh-tokoh dan aktor intelektual yang berkelompok di Yayasan Doulos itu. Patut diduga, mereka-mereka ini adalah aktor-aktor intelektualis yang bertujuan merusak citra umat Muslim terbesar di dunia ini, dengan kedok agama Kristen.

Karena itu, kami mengimbau agar Polda Metro Jaya segera memeriksa
Dokter Ruyandi Hutasoit, Ketua Yayasan Doulos, atas aktivitasnya selama
ini, khususnya yang berkaitan dengan rencana dan gerakan pengkristenan 160 juta kaum Muslim Indonesia dan manipulasi-manipulasi serta aktivitas lain yang melanggar hukum dan peraturan perundang-undangan.

Sehubungan dengan beredarnya surat Abdurrachman W.ahid tertanggal 28 September 1999 yang menyatakan bahwa "Yayasan Doulos adalah organisasi sosial murni yang hanya bergerak dalam bidang kemanusiaan dan sama sekali tidak bergerak di bidang-bidang lain seperti bidangpolitik maupun bidan kegiatanpettgkristenan", maka kami memohon kepada Kapolda untuk mengecek dan mengusut keberadaan dan kebenaran surat tersebut, karena isi surat tersebut jelas-jelas tidak sesuai dengan data dan fakta yang ada, dan dapat menyesatkan masyarakat Indonesia.

Surat seperti itu dapat disalahgunakan oleh kelompok Doulos untuk melancarkan aksi mereka. Patut diduga, pihak Doulos telah menipu Abdurrachman Wahid, atau surat itu palsu, karena nama Ketua Urnum PBNU ketika itu adalah KH Abdurrahman (tidak ada huruf '(C") Wabid bukan Abdurrachman Wahid. Kami mendukung setiap tindakan dan upaya penegakan hukum di negeri yang kita cintai ini. Karena itu, kami mengimbau agar dalam menegakkan hukum, tidak dilakukan dengan pandang bulu. Siapa pun yang bersalah, patut diberi hukuman yang setimpal

Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan, semoga Allah SWT memberi kekuatan kepada Bapak Kapolda untuk menegakkan kebenaran dan tabah menghadapi berbagai rongrongan dari pihak-pihak yang tidak menginginkan kedamaian di negeri kita.
Wassalaamu'alaikum Wr. Wb,
Jakarta, 11 Ramadhan 1420H

19 Desember 1999 M.



Dewan Pimpinan KISDI

K.H. Abdul Rasvid Abdullah Svafii - Ketua Umum

H.Hussein Umar - Ketua

K.H.Kholil Ridwan - Ketua

H.A. Sumargono SE - Ketua



SURAT WALIKOTA JAKARTA TIMUR

PEMBERHENTIAN KEGIATAN DOULOS

Jakarta, 5 Nopember 1999

Nomor : 3488/1.8972

Sifat : Penting

Lampiran : -

Hal : Pemberhentian Kegiatan Yayasan Doulos, Yang Bertentangan Dengan

Keputusan Menteri Agama No. 70 Tahun 1976 tentang Pedoman Penyiaran Agama
dan Surat Ketua PB Nahdatui Ulama tanggal 28 September 1999.



Kepada Yth

Pimpinan Yayasan Doulos

Jl. Tugu No. 3-4 Rt.004/04

Kecamatan Cipayung, Jakarta


Memperhatikan Surat Warga Masyarakat komponen Umat Islam dan Remaja Mesjid Kecamatan Cipayung tanggal 29 Oktober 1999 serta pernyataan sikap Para Alim Ulama/pemuka Agama Islam tentang penutupan Yayasan Doulos, yang terletak di JI.Tugu No.3-4 Rt.004/04 Kecamatan Cipayung Jakarta Timur,
dapat kami sampaikan hal-hal sebagai berikut :


1. Hasil penelitian kami ke lapangan tentang keberadaan Yayasan Doulos ternyata sampai saat sekarang belum memiliki : a.SIPPT

b. Blok Plan
c. 1MB

2. Peruntukan di lokasi tersebut adalah Wisma Taman dengan KDB 20 %.

3. Surat Keputusan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen
Protestan No.5 Tahun 1993 Tanggal 29 Januari 1993 dalam Nomor urut empat
Diktum Keputusan tersebut, dinyatakan bahwa Yayasan Doulos tidak
dibenarkan menJalankan fungsi dan tugas sebagai Gereja dan atau mengarah kepad pembentukan Gereja


4. Kepada Saudara telah diberikan tindakan oleh Suku Dinas P2K Jakarta

Timur seperti:
a) Surat Perintah Pemberhentian Pekerjaan Pembangunan (SP 4) Nomor
263/SP4/T98 tanggal 18Junl 1998.

b) Surat Penyegelan (SP) No. 263/SP/T/98 tanggal 29 Juni 1998.

c) Surat Perintah Pemberhentlan PekerJaan Pembangunan (SP 4)
No.814/SP4/98 tanggal 28 Oktober 1998.

d) Surat Penyegelan (SP) No. 614/SP/T/1998 tanggal 1 Februarl 1998.

e) Surat Perintah Bongkar(SPB)No.317/1.785.2/SPB/T/1999 tanggal 11
Maret 1999.

f) Surat panggilan terakhir No. 2506/13785/1999 tanggal 27 Oktober
1999, Saudara menyanggupi untuk menghentikan kegiatan pembangunan tersebut

yang dituangkan dalam Berita Acara tanggal 28 Oktober 1999.



5. Memperhatikan Surat Camat Cipayung tanggal 11 Oktober 1999 Nomor :
231/1.75 bahwa Para Tokoh Agama Kecamatan Cipayung menghendaki agar
Yayayasan Doulos ditutup karena sudah nyata-nyata meresahkan Umat Islam.

6. Memperhatikan Surat Pengurus Besar Nahdatul Ulama tanggal 28
September 1999 yang ditujukan kepada Walikotamadya Jakarta Timur, ditanda
tangani oleh K.H.Abdurahman Wahid, yang antara lain menyatakan bahwa
Yayasan Doulos bergerak dibidang kemanusiaan dan tidak untuk
kristenisasi.

7. Unjuk rasa warga masyarakat dan Tokoh/Permuka Agama Kecamatan
Cipayung pada hari Selasa tanggal 2 Nopember 1999, Pukul 13.00 WIB
bertempat di Kantor Walikotamadya Jakarta Timur dengan jumlah 250 orang
membawa bukti-bukti seperti : vidio visual, dari hasil interview kepada
masyarakat dan brosur-brosur yang diedarkan selama ini dan isinya
bernuansa
Islam tapi mereka anggap bertentangan dengan ajaran Islam

8. Pernyalaan keberatan dari Warga masyarakat dari Rt. 01 s/d 09,
Rw.04
Kelurahan Cipayung tentang keberadaan Yayasan Doulus yang diketahui oleh
Ketua Rt. dan Rw. setempat.

9. Pernyataan Saudara Ketua Rt.07/04 dihadapan Muspikodya Jakarta
Timur
pada hari Selasa tanggal 2 Nopember 1999, Pukul 15.00 WIB bahwa, Yayasan
Doulos melakukan upaya-upaya kristenisasi.

Memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal tersebut diatas serta demi
menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan masyarakat, kami harapkan
Yayasan Doulus senantiasa berpedoman pada Keputusan Menteri Agama No. 70
Tahun 1978 tanggal 1 Agustus 1978 tentang Pedoman Penyiaran Agama dan
Surat. Ketua Umum PB Nahdatul Ulama dengan ini kami tegaskan agar memberhentikan
dan menyetop semua kegiatan yang bertentangan dengan kedua surat tersebut
di atas.

Demikian agar maklum dan atas kerjasaimnya diucapkan terima kasih



WALIKOTAMDYA JAKARTA TIMUR

Drs. H.A. MAPPAGANTY

NIP . 010 046 749
Tembusan:

1. Gubernur KDKI Jakarta;

2. Wakil Gubemur Bidang Pemerintahan DKI Jakarta;

3. Sekwilda DKI Jakarta;

4. Ka. Dirat Sospol DKI Jakarta:

5. Ka.Kanwil Depag DKI Jakarta;

6. Dandim0505/JT:

7. Kapolres Metro / JT,

8. Ka.Kanko Depag Jakarta Timur:

9. Camat Cipayung Jakarta Timur;

10. Lurah Cipayung Jakarta Timur.


Alamat STT DOULOS

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI DOULOS
Kampus dan Seketariat
Jl. Tugu No. 3 Cipayung, Jakarta Timur

Telp. (021)8451727
Jl. Taman Pulo Asem Utara No. 60
Rawamangun – Jakarta Timur
Telp. (021) 70970651

Alumni STT DOULOS

Jumlah alumni STT Doulos saat ini sudah 728 orang. Para lulusannya saat ini melayani menjadi pendeta, guru agama Kristen, pendeta militer, anggota DPRD, angotta DPR-RI, wakil bupati, aktivis partai, wartawan dan penulis.

Alamat e-mail

STT Doulos; admin@sttdoulos.com

Alumni Doulos; alumni.doulos@ymail.com


Powered By Blogger

Pengasuh

Foto saya
Bekasi, Jawa Barat, Indonesia
Pengalaman Kerja · Saat ini Wartawan majalah Budaya Batak TAPIAN (budaya) Agustus 2007 Wartawan di Majalah Berita Indonesia (sekuler) 2005-July 2007 (sekuler) · Wartawan di Majalah Devotian (rohani) 2005 · Wartawan Majalah Industri & Bisnis (sekuler)2004, Asisten Manager di Penerbit Erlangga 2003-2004.Sirlulasi Tabloid Jemaat Indonesia (rohani)1999-2003 Pengalaman menulis di media cetak. (1)Penulis kolom opini di majalah narwastu pembaruan,Koran Batak Pos, Koran Mitra Bangsa,majalah Horas,Suara HKBP. Menulis di website; www.naiposps.com,www.kabarindonesia.com www.glorianet.org