PENGANGAN APOLOGETIK PRIBADI
Judul : Yesus Tidak Bangkit?; menyingkap rekayasa Yesus historis dan makam Talpiot
Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta
Penulis : Adji A. Sutama
Tahun : 2007, cetakan pertama
Genre : Agama
Tebal : xi + 295 halaman, 21 cm
Harga : Rp. 45.000
Suatu waktu dua teolog Paul Fillich dan Reinhold Nicbuhr mengatakan mereka adalah ateis, Paul tidak percaya pada adanya Tuhan, sedangkan Reinhold Nicbuhr tidak percaya inmemoritas. Padahal keduanya adalah teolog yang termasyur, keahliannya mempelajari Tuhan malah tidak percaya Tuhan. Sesuatu yang absurd. Demikian pulan James D. Tabor yang mendukung penuh pendapat Jacobovici yang mengatakan Makam Talpiot adalah makam keluarga Yesus Nazaret (hal ix), telah mencoba mengaburkan sejarah.
Tabor terlalu utopis, berimajiner, menafsirkan sesuatu dengan angan-angan. Memang lebih baik duduk dan menganalisa setiap perongrong untuk tidak menghabiskan tenaga; anjing mengongong kafilah berlalu.
Buku relatif bagus, tidak saja karena bahasanya yang enak dan mudah dicerna, tetapi kejutan akan data baru tentang Yesus. Maka, buku ini cocok bagi mereka yang serius mendalami teologia dan sejarah Kristen. Buku yang berjudul Yesus Tidak Bangkit? Sebuah studi untuk menyingkapi rekayasa Yesus historis dan makam talpiot ditulis Adji A. Sutama alumni STT Duta Wacana tahun 1986. Merujuk pada hasil riset mendalam dari buku-buku kontroversi tentang Yesus, baik di dalam maupun luar negeri, Adji tampaknya cukup berhasil mengantarkan hasilnya ke khalayak dengan eksperimen yang masih langka dilakukan.
Memang, Adji bukan seorang teolog atau sejarawan, oleh karenanya tidak akan ditemukan konsep dan interpretasi penulis dan catatan-catatan kaki di pembahasannya sebagaimana layaknya tulisan ilmiah sejenisnya. Namun, semangatnya menyusun buku ini, dalam menjernihkan dan melawan kesalahpahaman yang masih banyak dilakukan oleh penyesat.
Buku ini mengkaji anggapan yang meragukan kebangkitan Yesus secara sistematis sebagai pegangan apologetik (pembelaan iman) untuk menolong umat mengerti duduk perkara sebenarnya. Iman kepada Kristus yang dibangkitkan dari kematian sebagai Tuhan dan Juruselamat adalah premise bagi keyakinan-keyakinan selanjutnya seperti yang dikatakan Pdt. Andar Ismail Dosen STT Jakarta penulis kreatif Seri Selamat ini, menanggapi buku ini di sampul belakang.
Pesan buku ini gamblang tentang penegasan iman Kristiani akan kebangkitan Kristus tidak perlu berlawanan dengan sikap kritis pada temuan ilmiah yang bertanggungjawab. Buku ini unik dan wajib dibaca semua kalangan yang berminat memperkaya dan merayakan iman secara jujur; cocok untuk dibaca semua kalangan profesi; dosen teologia, mahasiswa dan pendeta. Kekuatan Adji yang lain dalam buku ini terletak pada penggunaan sumber-sumber lisan. Sebagai seorang Kristen yang memiliki pergumulan hidup yang luas dari pelbagai hal.
Bagi orang di luar teritori tradisi Kristen, membaca bab-bab tersebut seolah kita diajak berdialog langsung dengan Adji. Pada lembaran-lembaran lain dari buku ini, terutama sekali kesimpulan bagian kelima (hal 288) memang terasa pendek, pembaca diajak menyimpukan sendiri. Kekurangannya yang lain masih ditemukan salah ketik di sana-sini, dan estimasi Bab yang kurang dibagi baik merata dari lima Bab. Misalnya; Bab pertama terlalu panjang (hal 1-151), pembaca dibuatnya bosan, hal tersebut tampaknya mengurangi nilai dan penghargaan terhadap penulis dan penerbit.
Akhirnya, seperti dinyatakan dalam pengantar bahwa gagasan penulis buku ini bermula sebagai peneguhan iman dari terpaan pemberangusan iman. Bila representasi luar terhadap iman Kristen dan sejarah tersebut dianggap masih kurang memuaskan sebagaimana diklaim oleh penulisnya, maka sudah sepatutnyalah kita tertantang untuk meneruskan jejak sang penulis buku ini dalam meluruskan sejarah yang dibengkokkan ilah zaman, maka mari menyambut buku ini sebagai apologetik pribadi.(Hotman Jonathan Lumbangaol)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar